MABAR – Dewan Pimpinan Daerah Pedagang Pejuang Indonesia Raya (DPD PAPERA) pada Selasa (29/10/2024) melakukan kunjungan ke pasar tradisional Wae Kesambi dan Pasar Baru di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Selain mendengar aspirasi masyarakat lewat dialog, Ketua DPD PAPERA NTT, Wilfridus Yons Ebit yang memimpin langsung kunjungan ini, mengatakan, kehadiran DPD PAPERA NTT juga bertujuan membantu menyelesaikan semua masalah yang mereka temukan.
Satu di antara beberapa persoalan yang dihadapi misalnya luas lahan pasar Wae Kesambi yang tidak memadai dan tidak cukup menampung jumlah pedagang yang terus bertambah. Kondisi ini menimbulkan fenomena pasar tumpah di lorong-lorong dan jalan raya di depan pasar.
Tantangan lain yang dialami oleh pedangang pasar Wae Kelambu adalah akses permodalan. Beberapa pedagang yang ditemui mengatakan bahwa mereka terpaksa berutang pada rentenir berkedok koperasi harian atau koperasi keliling dengan potongan pinjaman yang besar dan bunga mencapai 20-25 persen.
“Mereka berdagang benar-benar hanya untuk menyambung hidup dan menyelamatkan pendidikan anak-anak mereka,” kata Wilfridus.
Di Pasar Baru, Labuan Bajo yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari Pasar Wae Kesambi, para pedangang yang jumlahnya sekitar 30 orang menceritakan sepinya pembeli karena masyarakat lebih memilih berbelanja di Pasar Wae Kesambi.
Kondisi ini sebenarnya telah diatasi Pemda Manggarai Barat dengan merelokasi sebagian pedagang dari Pasar Wae Kesambi ke Pasar Baru. Namun setelah pengawasan Satpol PP mengendur, para pedagang kembali ke Pasar Wae Kesambi.
Untuk mengatasi berbagai persoalan ini, Wilfridus mengajak para pedagang untuk bergotong-royong melakukan berubahan.
Ia mengatakan kehadiran PAPERA di Manggarai Barat, diharapkan dapat menjadi wadah bagi semua pedagang pasar tradisional untuk membangun soliditas dan memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi sehari-hari.
“Pertama-tama harus melalui daya upaya kelompok mereka sendiri dan baru kemudian berkolaborasi dengan Pemda Manggarai Barat dan para pihak lainnya,” kata Wilfridus.
“Tanpa adanya kemauan, soliditas dan mimpi perubahan yang sama dalam diri pedagang, tidak akan ada satu pihak pun yang sanggup mengubah kondisi dan persoalan yang disampaikan oleh para pedagang,” lanjutnya.
Menurut Wilfridus, persoalan pedagang dua pasar tradisional di kota pariwisata super prioritas yang tersohor oleh Taman Nasional Pulau Komodo ini, membutuhkan kolaborasi multi-pihak untuk menemukan solusi dan melakukan perubahan menjadi lebih baik.
Maka, lanjutnya, slogan dari pedagang, oleh pedagang dan untuk pedagang sangat relevan untuk diwujudkan bersama-sama oleh para pedagang Pasar Wae Kesambi dan Pasar Baru, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT. (BN/001)