LEMBATA – Sebanyak 215 anak di Lembata bersama Plan Indonesia mengambil bagian dalam Festival Lamaholot 2024 yang turut menyuarakan kampanye perlindungan anak, Jumat (18/10).
Selama kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini, anak-anak mendapatkan edukasi tentang pencegahan perkawinan usia anak serta pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Berbagai edukasi ini juga fokus pada materi No Go Tell, dan Pencegahan Bullying. Penyampaian materi dikemas dalam berbagai metode yang menarik seperti talkshow, games dan dialog interaktif antara peserta dan fasilitator sebaya.
Selain talkshow, para fasilitator juga menampilkan monolog tentang dampak buruk perkawinan usia anak.
Di akhir sesi, para peserta difasilitasi oleh staf Plan Indonesia melakukan simulasi Siap Laporkan sebagai pusat pelaporan perlindungan anak dan pencegahan kekerasan terhadap anak.
Mewujudkan Lingkungan Aman bagi Anak
Erlina Dangu, Manager Programme Implementation Area (PIA) Lembata – Plan Indonesia menyatakan, anak-anak adalah garda masa depan untuk pelestarian kebudayaan.
Kebudayaan Lamalohot sangat bergantung pada proses transfer nilai dan pengetahuan dari tetua kepada anak-anak. Proses itu akan maksimal jika dilaksanakan dalam lingkungan yang nyaman dan aman bagi anak.
“Plan Indonesia mendukung semua tujuan baik ini dan berkomitmen mewujudkan lingkungan yang sensitif terhadap tumbuh kembang anak, salah satunya dengan modul No Go Tell dan platform Siap Laporkan yang sejauh ini sudah kami sosialisasikan di desa-desa dampingan,” jelas Erlina dalam rilis yang diterima BentaraNet.
Erlina juga menyoroti pentingnya deteksi dini, pencegahan, rujukan, dan penanganan dalam perlindungan anak.
“Kita semua berkewajiban untuk melakukan penanganan yang membuat pelapor, terutama anak-anak, merasa aman dan terlindungi,” tambahnya.
“Anak-anak Bukan Hanya Pendengar, Mereka Pelaku Perubahan”
Venta (18), Ketua YAP Lembata, menekankan pentingnya peran anak dalam upaya perlindungan anak.
“Anak-anak tidak hanya jadi pendengar ketika kita bicara tentang perlindungan anak. Dengan ruang seperti ini, anak-anak juga menjadi bagian aktif dalam upaya perlindungan itu,” ujar Venta.
Sementara itu, Timbu (18), alumni Kelas MAPAN yang menjadi fasilitator sebaya dalam materi pencegahan bullying, merasa bangga bisa berkontribusi dalam kegiatan ini.
“Kegiatan seperti ini harus terus dibuat. Ini membantu kami saling menjaga, saling berbagi pengetahuan. Saya bangga hari ini bisa ambil bagian untuk memperjuangkan
hak dan perlindungan anak-anak,” kata Timbu.
Apresiasi dari Pemerintah Daerah
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Lembata, Yakobus Andreas
Wuwur menyampaikan apresiasi atas kontribusi dari Plan Indonesia dalam kegiatan ini.
“Edukasi perlindungan anak dalam Festival Lamaholot merupakan momentum kolaboratif
sebagai bentuk tindak lanjut Inovasi Desa Wisata Ramah Perempuan dan Anak
(DWIRAPA) yang sedang digerakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata melalui
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Plan Indonesia menjadi salah satu motor kolaboratif untuk mendorong semua elemen dalam melaksanakan pembangunan berbasis perlindungan dan pemberdayaan anak dan perempuan,” kata Yakobus. (***)