LEMBATA – Festival Lava Alap Levo Lamalera, Kecamatan Wulandoni mengingatkan masyarakat di Lamalera akan radisi melaut atau Leva Nuang yang kian pudar akibat modernisasi.
Pada Rabu (15/2/2023), Ketua Panitia Festival Leva Alap, Theo Bataona mengatakan bahwa perkembangan zaman saat ini berdampak pada perubahan perilaku generasi muda.
Sehingga festival ini hadir sebagai upaya untuk mengingatkan kembali bagaimana tradisi yang sudah ditinggalkan oleh leluhur.
“Jangan sampai generasi muda ini tidak tau, bagaimana proses perburuan itu dimulai dari mana, kapan dia berakhir dan bagaimana proses selanjutny,” ungkap Theo.
Lanjutnya, Festival ini berbeda dengan Leva Nuang sebab festival ini hanya berisi atraksi kebudayaan. Melalui festival ini, banyak hal yang dapat digali kembali oleh generasi muda.
Sasaran utama festival ini adalah anak sekolah, namun tetap melibatkan anak muda dan orang tua sehingga untuk menunjukan bahwa budaya dan kekayaan tradisi ini tidak akan hilang.
Theo berharap agar setelah ini, kesenian rakyat atau tradisi yang dipentaskan dalam Festival Levo Alap dapat dimasukan dalam pelajaran mulok.
Festival ini berlangsung selama tiga hari yaitu dari 15 sampai 17 Februari 2023. Hari pertama dimulai dengan penjemputan tamu yang datang ke festival ini.
Hadir pula penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa. Marsianus pada saat itu diangkat sebagai Leva Alap dan Lamafa oleh masyarakat Lamalera.
Setelah itu, masyarakat bersama tamu undangan menyaksikan atraksi penangkapan ikan paus. Atraksi ini melibatkan beberapa suku atau paledang
Marsianus dalam sambutan untuk membuka Festival Leva Alap, menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu mendengar banyak komentar yang disampaikan oleh orang di luar Lamalera.
Sebab, komentar tersebut tidak menghasilkan sepiring nasi untuk masyarakat. Marsianus sebaliknya mengajak masyarakat untuk berbenah untuk membangun wisata di Lamalera.
Marsianus juga mengingatkan agar Dinas Pariwisata Kabupaten Lembata sebaiknya berkonsentrasi membangun pariwisata di Lamalera ketimbang sibuk mengurus bukit cinta dan lainnya.
“Tenun ini kalau bisa mama mereka rubah motifnya. Kasih motif ikan paus atau paledang supaya orang di luar bisa pakai, karena ini hanya kita yang pakai,” ungkap Marsianus.
Marsianus pun menegaskan bahwa festival adalah atraksi-atraksi kebudayaan untuk menghibur dan dapat membangun ingatan kolektif tentang kebudayaan masyarakat yang semakin pudar.