Larantuka – Tim Ekonomi Covid-19 dari Dinas Perindustirian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Flores Timur (Flotim) melakukan survei pasar di Pulau Adonara. Dari hasil survei ini, tim Ekonomi Covid-19 menemukan lonjankan harga gula.
Di Kecamatan Witihama misalnya, harga delapan bahan pokok sejauh ini aman. Namun khusus gula mengalami kenaikan. Gula Kristal yang normalnya Rp 18 ribu melonjak hingga Rp 22 ribu per bungkus. Sedangkan gula curah melonjak hingga Rp 19 ribu per kilogram dari harga m yang normal yakni Rp 16 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Siprianus Sina Ritan kepada BentaraNet, Selasa (30/6/2020), mengatakan, dalam penanggulangan Covid-19, tim ekenomi bertugas di Pulau Adonara, dengan tujuan memantau harga sembako di pasar, stok pangan, jalur distribusi.
Tim ini juga menerapkan teknis perlindungan konsumen terkait barang-barang yang kedaluarsa serta memantau alat ukur atau alat timbangan.
Kenaikan harga gula ini, kata Sipri, sangat membebani masyarakat dalam situasi pandemi Covid-19. Oleh karena itu, ia meminta pihak kecamatan agar melakukan sosialisasi kepada pengecer untuk menjadi mitra bulog.
“Kami meminta kepada pihak kecamatan untuk bisa memfasilitasi pengecer atau petugas agar menjadi mitra bulog supaya menjual sembako yang berasal dari bulog,” kata Sipri.
Sipri menjelaskan dengan kerja sama ini, jalur distribusi dari bulog hingga harga yang dijual kepada masyarakat di pasar tetap terkendali dalam pengawasan.
“Kita sudah sampaikan kepada pemerintah kecamatan melalui surat agar bisa menyiapkan pasar murah. Dengan adanya pasar murah tersebut, saya kira tidak ada persaingan harga yang cukup jauh dari swasta dan bulog,” ungkapnya.
Kadis Sipri Ritan melanjutkan, Tim Gugus Tugas Covid-19 bidang ekonomi terbagi dalam empat tim dimana satu tim bertugas memantau dua kecamatan di Pulau Adonara. “Jadi seluruh wilayah di Pulau Adonara kita kunjungi,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Kecamatan Ile Boleng, Petrus Pehan Tukan, menjelaskan, ketersedian pangan di Kecamatan Ile Boleng relatif normal karena masyarakat masih menyediakan stok pangan lokal.
“Kita di sini masih stabil terhadap kebutuhan pangan. Meskipun demikian, pangan lokal yang ada bisa digunakan sebaik baiknya mengingat prediksi meredahnya Covid-19 belum bisa dipastikan,” katanya.