Lewoleba -Angka pengangguran yang sangat tinggi di Lembata secara kasat mata mudah dilihat dengan membludaknya pelamar pada tes CPNS. Tingginya jumlah pencari kerja tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja di sektor industri.
Kondisi ini turut memengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten. Apalagi rasio koefeisien gini Kabupaten Lembata berada di level moderat yang menunjukan adanya ketimpangan akses terhadap kesejahteraan.
Dengan kondisi yang ada saat ini, tokoh muda Lembata, John S J Batafor kepada BentaraNet, Selasa, 19 April 2022, menghendaki adanya terobosan kebijakan ekonomi yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lembata.
Dua di antaranya adalah membuka keran investasi di Lembata dan penetrasi peningkatan sumber daya manusia di sektor pertanian, perikanan dan pariwisata.
Tingkat konsumsi barang dari luar yang tinggi disertai minimnya produksi sektor riil, menurut John turut menyumbang terjadinya pelambatan ekonomi di Lembata.
“Lembata ini kabupaten yang lebih banyak pemakai bukan kabupaten penghasil. Jadi bagaimana pun juga angka kemiskinan tetap akan meningkat karena rendahnya penyerapan tenaga kerja di sektor produktif,” kata John.
Menurut John, pemerintah harus punya langkah taktis untuk meyakinkan investor baik di sektor pertanian, perikanan dan pariwisata agar mampu menyerap tenaga kerja dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di Kabupaten Lembata.
“Sambil kita menyiapkan program-program peningkatan sumber daya manusia di sektor pertanian dan perikanan untuk peningkatan produktivitas. Nah hasil pertanian dan perikanan ini yang bisa jadi bahan baku sektor industri yang tumbuh dan harus beroperasi di Lembata.”
“Bagaimana sektor industri bisa ada di Lembata ya melalui investor tadi. Tinggal bagaimana cara pemerintah meyakinkan para investor agar mereka bisa tertarik. Ini yang harus kita lakukan,” ungkap John.
John mengatakan, meski dalam konteks kabupaten, Lembata harus meniru Negara China yang tidak terlalu ribut pada urusan politik dan debat kusir di media sosial, namun fokus pada produktivitas sektor riil.
“Infrastruktur yang tidak memadai dan ketidakstabilan politik seperti ini yang menjadi masalah utama di Lembata. China sudah tidak memusingkan hal ini lagi, mereka memiliki jaringan pabrik, pemasok, layanan logistik dan instrastruktur transportasi,” ungkapnya.
“Kita di daerah terlalu lama saling mengkritisi dan malah minim dukungan untuk para pemimpin yang sedang menjabat. Marilah kita berpikir untuk saling mendukung dan lebih fokus mendukung hal-hal substansial pada kemajuan pembangunan daerah yang lebih cepat,” pungkasnya. ***