Lewoleba – Lembata menjadi salah satu kabupaten yang siswanya mendapat beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) setiap tahun. Terakhir pada tahun 2021, Lembata mendapat kuota beasiswa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi ini sebanyak 1.800 siswa.
Namun pada tahun 2022, jumlah siswa penerima PIP putaran pertama di Lembata menurun drastis menjadi 200 siswa yang tersebar di 14 sekolah. Beasiswa yang diterima ini merupakan PIP jalur aspirasi Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira.
Andreas menjelaskan beasiswa PIP ini dapat diperoleh jika lembaga pendidikan dan dinas teknis di daerah pro aktif memberikan dukungan data pokok pendidikan (Dapodik) secara valid dan tepat waktu. Hal ini dikatakan Andreas saat menyerahkan 200 beasiswa PIP aspirasi beserta sertifikat kepada 14 perwakilan sekolah di Sekolah Keberbakatan Olahraga (SKO) San Bernandino Lewoleba, Kamis, 14 Juli 2022.
“Saya harap supaya data yang dikirim ke kami itu pertama tepat waktu, kedua sesuai dengan kebutuhan orangtua di Lembata ini. Saya siap menampung data ini sejauh teman-teman di sini juga mengirim data dan menseleksi data itu. Sehingga data yang dikirim ke kami itu valid gitu,” kata Andreas menerangkan mekanisme beasiswa PIP melalui jalur aspirasi.
“Jangan sampai kemudian kita masuk data itu tetapi itu tadi yang saya jelaskan tadi itu. Orang-orang itu atau mungkin anak-anak itu dari segi kelayakan tidak dapat itu PIP sehingga akhirnya direject. Kalau itu kan artinya menutup kesempatan orang lain yang layak dapat,” lanjutnya.
Untuk diketahui, beasiswa PIP ini dapat diperoleh melalui tiga jalur, yakni jalur aspirasi, jalur reguler lewat dinas teknis terkait di daerah dan jalur pemangku yang diurus langsung oleh lembaga pengelola satuan pendidikan terkait. 200 beasiswa putaran pertama ini diperoleh siswa melalui jalur aspirasi Andreas Hugo Pareira di senayan.
Andreas menjelaskan, berdasarkan aspirasi yang diperolehnya selama melakukan kunjungan ke pelosok, orangtua siswa yang mendapat beasiswa merasa sangat terbantu. Dia menjelaskan, banyak kasus di NTT, anak terpaksa putus sekolah hanya karena ketiadaan biaya untuk membeli seragam atau perlengkapan sekolah lainnya.
Hal ini menurutnya sangat menghambat program wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan Presiden Jokowi. “Kalau orang dengan penghasilan di atas Rp 5 juta atau lebih mungkin ini tidak terlalu membutuhkan seperti ini. Tetapi banyak sekali orangtua dan anak-anak yang membutuhkan itu karena ini berkaitan dengan program wajib belajar 12 tahun untuk mengurangi, mengeliminir putus sekolah,” ucapnya.
“Banyak sekali anak-anak yang putus sekolah karena hal-hal sederhana seperti seragam, sepatu atau kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya bisa dipenuhi melalui PIP ini. Sehingga kita juga berharap bahwa PIP ini digunakan sebenar-benarnya untuk kebutuhan anak sebagai penunjang mereka untuk proses belajar,” lanjutnya.
Besaran beasiswa PIP ini variatif untuk setiap tingkatan sekolah, di mana siswa SD sebesar Rp 450 ribu, siswa SMP sebesar Rp 750 ribu dan siswa SMA sebesar Rp 1 juta. Para pengelola lembaga pendidikan di Kabupaten Lembata sendiri mengaku terbantu dengan pemberian beasiswa PIP Aspirasi bagi anak sekolah di kabupaten itu.
“Kita terbantu dengan program beasiswa PIP Aspirasi yang diperjuangkan Bapa Andreas Hugo Pareira,” ungkap Markus Labi Waleng, Ketua Cabang Yayasan Koker Niko Beker Lembata yang mengelola SKO San Bernandino di sela-sela kegiatan penyerahan sertifikat Beasiswa PIP Aspirasi.
Dia menyebut, upaya yang dilakukan AHP bukan baru kali ini namun setiap tahun dan itu berlaku bagi semua kabupaten di Pulau Flores, Lembata dan Alor. ***