SoE – Kebijakan Kepala SMA PGRI Mnelalete, Drs Nahason Liem patut dicontoh oleh sekolah-sekolah di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), bahkan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Liem menyadari pentingnya kedisiplinan di dunia pendidikan. Untuk itu, para guru dan pegawai di SMA PGRI Mnelaleta bersama menyepakati sebuah aturan yang dijadikan landasan bagi guru dan pegawai.
Aturan tersebut yakni sanksi bagi guru dan pegawai yang terlambat masuk Sekolah. Liem yang ditemui di ruang kerjanya, Senin (13/7/2020) siang mengatakan, guru dan pegawai yang terlambat walau hanya satu menit didenda Rp 60 ribu.
“Kalau jam 07.00 itu belum terlambat. Tapi kalau sudah jam 07.01 itu wajib bayar Rp 60 ribu,” kata Liem.
Sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi guru dan pegawai. Hal yang sama berlaku bagi kepala sekolah sebagai pemimpin.
“Kuncinya ada di pemimpin. Pemimpin harus jadi yang pertama. Pemimpin harus di depan untuk bisa dicontoh oleh yang lain. Kalau kita sebagai sulung, atau pemimpin tidak boleh di belakang. Kalau kita sebagai pemimpin berada di depan, maka teman-teman yang lain akan ikut,” jelas Liem.
Liem dan seluruh guru serta pegawai di SMA PGRI Mnelalete percaya bahwa kedisiplinan merupakan kunci kesuksesan. Salah satu disiplin tersebut yakni disiplin waktu.
Dengan disiplin waktu, kata Liem, akan terbentuk kebiasaan yang lama-lama akan menjadi budaya. Sehingga disiplin untuk belajar pun akan dibiasakan.
“Sebelum mendisiplinkan siswa, guru harus mampu mendisiplinkan diri sendiri. Guru tidak hanya mengajar, tapi guru harus bisa menjadi panutan bagi siswa,” ujar Liem.
Sejauh ini, menurut Liem, tidak ada protes atau pun keberatan dari guru dan pegawai. Bahkan, kebijakan yang lahir atas kesepakatan bersama itu sudah berlaku empat tahun.
“Sudah empat tahun berjalan, tidak ada protes. Ini sudah menjadi kebiasaan dan kita berharap ini menjadi budaya yang menumbuhkan disiplin bagi guru,” ujar Liem.
Uang yang didapat dari sanksi disiplin waktu itu digunakan untuk mendukung pembangunan di sekolah, seperti membangun pagar tembok sekolah.
“Ada manfaatnya juga selain untuk mendisiplinkan guru,” kata Liem.
Liem mengatakan, penerima guru di sekolah tersebut juga sangat selektif. Para guru harus melalui sejumlah tes seperti mengerjakan sejumlah soal dan juga wawancara.
“Setiap guru kita kasih soal untuk kerja, setelah itu kita lakukan penilaian,” jelas Liem.