Adonara – Lembaga Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PeKKA) Kecamatan Ile Boleng, Adonara, Kabupaten Flores Timur bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA) menggelar Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Pedesaan di Sekretariat PeKKA Ile Boleng, Senin (2/11/2020) hingga Selasa (3/11/2020).
Fasilitator PeKKA NTT, Bernadeta Deran, dalam rilis yang diterima BentaraNet, mengatakan, pelatihan kepemimpinan itu bertujuan membangun kapasitas kaum perempuan dan memperkuat kepemimpinan kaum perempuan di desa.
Ia mengatakan, pelatihan kepemimpinan yang digagas lembaga PeKKA itu dilakukan dalam bentuk pembukaan paket kesederhanaan di Akademi Paradita. Akademi ini dibuka sejak 2010 dan telah melahirkan 100 lebih lulusan dari para kader.
“Akademi ini dalam bentuk paket A-B-C. Kader kita yang lulus dari sini, kita kembalikan ke desa, membangun desanya dengan modal ilmu yang didapat dari akademi paradita. Ijazah itu hanya formalitas, yang terpenting, bagaimana para kader memiliki ilmu dan pengalaman,” ujarnya.
Ia mengatakan, lahirnya akademi paradita juga karena tingkat pendidikan seluruh kader PeKKA masih di bawah rata-rata, termasuk buta huruf dan lupa huruf.
“Sudah Luluskan 100 lebih perempuan dari akademi paradita. Sementara total anggota Pekka NTT mencapai 2.601orang,” katanya.
Sejak masuk ke NTT pada 2 Februari 2020 silam, serikat PeKKA sudah menyebar di tiga kabupaten di NTT yakni Flores Timur, Lembata dan Alor.
Ketua Koperasi Lodan Doen, Kamsina Palan Bolen menjelaskan akademi paradita berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya, perempuan tegar.
Akademi yang mendidik para kader PeKKA, menurut dia, untuk mempersiapkan perempuan dalam berorganisasi di tingkat desa hingga nasional.
“Saat ini di organisasi pemerintah, dibutuhkan peran kaum perempuan, maka itu perempuan perlu dipersiapkan. Jika tidak dibekali dengan pengetahuan, bagaimana perempuan bisa mendapatkan porsi di sebuah organisasi. Di sini, kita bisa mengenal diri, soal ekonomi, kesehatan dan lain lain,” tandasnya.
Sementara itu, staf deputi bidang kesetaraan gender KPPA, Arry Razmarah mengatakan, program pendampingan terhadap perempuan menjadi program prioritas KPPA. Minimnya perempuan potensial di parlemen atau organisasi lain, membuat KPPA terus mendukung dan mengangkat pemimpin perempuan dari desa.
“PeKKA harus jadi perempuan tangguh untuk mengangkat martabat perempuan di Indonesia, khususnya di NTT. Ke depan ada perempuan NTT yang menjadi pemimpin di pusat, itulah cita-cita kami,” tandasnya. (Red)