Nagawutung – Bupati Lembata Thomas Ola meresmikan Pasar Inklusi di Desa Duawutun Kecamatan Nagawutung Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur. Pasar Inklusi hasil advokasi Yayasan Humanity & Inclusion bersama CIS Timor dan pemerintah Desa Duawutun pada Kamis (9/12).
Pasar inklusi difokuskan untuk menampilkan aneka produk yang dihasilkan kelompok rentan seperti kelompok difabel, kepala keluarga perempuan dan anak muda yang belum punya akses pasar produk ekonominya. Ini merupakan salah satu target dari program Pembangunan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan (PEIB) yang dilaksanakan HI dan CIS Timor di Kabupaten Lembata sejak tahun 2020.
Kepada wartawan, Thomas Ola mengaku terkesan dengan model Pasar Inklusi dan berkomitmen mereplikasinya pada sejumlah kecamatan lain di Kabupaten Lembata.
“Ini model yang unik. Ini pasar yang menampilkan nilai-nilai kemanusiaan yang setara dan selaras. Tidak semua produk kelompok rentan bisa ada di pasar yang lain, tetapi pasti ada di sini. Itulah fungsi pasar dengan model inklusif. Ini contoh yang baik, dan kita akan replikasi. Akan dibangun pasar dengan model seperti ini di kecamatan yang lain” terang Thomas Ola
Pantauan awak media ini, sejumlah lapak pedagang ramai didatangi pembeli yang hadir dalam acara peresmian. Aneka produk karya kelompok rentan juga ramai menghiasi setiap lapak. Ada lapak yang menjajakan aneka peralatan makan dari batok kelapa menjadi incaran pengunjung. Dari teko hingga gelas, nampak unik dalam balutan politur tipis warna khas batik kelapa.
Lapak yang lain menjual aneka sarung dan selendang. Selembar sarung dengan tenunan dari benang kapas, dibandrol Rp 1 juta. Tangan-tangan renta perempuan kepala keluarga di Desa Duawutun telah berjuang berulang bulan untuk menghasilkannya. Harga sepadan dengan nilai perjuangan menyelesaikannya.
Selain itu, ada juga lapak yang menjual aneka hasil pertanian Salah satunya di lapak milik Mama Margareta. Meja lapaknya penuh dengan kemasan kiloan beras hitam dan beras merah. Ditanaminya sendiri dan dilepas di pasar inklusi dengan harga ramah di kantong. Hanya Rp 15 ribu per kilogram. Ia dan kerabat juga memanen madu hutan. Asli.
“Untung ada pasar ini. Kalau tidak saya pusing kalau habis panen harus pergi pulang Lewoleba. Saya rutin tanam padi hitam dan merah. Saya tidak perlu jalan jauh lagi” Margareta berkisah sambil tersenyum puas
Resminya Pasar Inklusi Duawutun sekaligus menandai berakhirnya program PEIB di Kabupaten Lembata Ignas Laumakiling, dari CIS Timor yang memimpin implementasi program PEIB di Lembata menuturkan, pihaknya sangat berterima kasih atas perjuangan pemerintah Desa Duawutun untuk mendirikan pasar inklusi.
” Kami sangat mengapresiasi perjuangan Bapak Donatus Boli Baon. Ia penjabat kepala desa Duawutun. Ia berjuang keras agar mimpi kelompok rentan bisa terwujud. ” jelas Laumakiling.
Ia menambahkan aneka penemuan unik saat berinteraksi dengan kelompok rentan yang didampingi.
“Terbanyak dari mereka mengalami penurunan daya penglihatan, hambatan fisik kaki dan tangan serta berbicara dan pendengaran. Ada juga yang memiliki anak dengan disabilitas. Tapi masing-masing dari mereka memiliki mimpi-mimpi, keterampilan dan pengalaman. Namun yang sama adalah mereka menguasai masing-masing keterampilannya dengan baik” tambahnya.
Ignas berharap, pemerintah terus memberi perhatian dan motivasi atas keterampilan yang dimiliki kelompok rentan.
Pasar Inklusi Duawutun telah resmi beroperasi. Ini menjadi pasar dengan model inklusi pertama di Kabupaten yang telah berusia 22 tahun ini. Persis di pinggir jalan yang menghubungkan Lewoleba dan Lamalera. Melintasi kampung-kampung di sisi Utara hingga barat Kecamatan Nagawutung. Terus ke selatan masuk wilayah Kecamatan Wulandoni. Aneka produk kerajinan dan hasil pertanian dari Mama-mama yang kadang terabaikan akan ada di sini.