JAKARTA – Deklarasi dukungan Relawan SIAGA Jabodetabek untuk Brigjen Simon Petrus Kamlasi sebagai Calon Gubernur NTT periode 2024-2029 digelar pada Sabtu, 22 Juni 2024,
Deklarasi ini dihadiri 119 pemuda, anggota Relawan SIAGA Jabodetabek di Rumah Pemenangan Prabowo Presiden, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 22 Juni 2024.
Anggota Relawan SIAGA Jabodetabek ini merupakan para pemuda dan mahasiswa dari NTT yang menempuh pendidikan di wilayah Jabodetabek.
Deklrasi ini diawali dengan dialog santai antara Simon Petrus Kamlasi dengan para relawan, membahas sejumlah topik dan masalah pembangunan di Nusa Tenggara Timur.
Ketua Relawan SIAGA Jabodetabek, Wilfridus Yons Ebiet, mengatakan, pihaknya telah mengagendakan relawan di beberepa kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur setelah deklarasi perdana di Jakarta.
Beberapa kabupaten/kota tersebut di antaranya Kupang, Lembata, Maumere, Ende dan Nagekeo. Bukan tanpa alasan, tokoh muda NTT di Jakarta ini menyatakan keseriusan relawan bekerja untuk Simon Petrus Kamlasi dalam memenangkan Pilgub NTT kali ini.
Menurut Ebiet, Simon Petrus Kamlasi merupakan kandidat Gubernur NTT yang humanis, pekerja keras, memiliki komitmen tinggi untuk bangun NTT, dan punya perhatian lebih untuk anak muda NTT.
“Beliau ini (Simon Petrus Kamlasi) merupakan sosok yang selama ini kita tunggu-tunggu untuk menyelesaikan semua masalah di NTT. Orangnya tidak neko-neko, taktis dan terlihat punya keseriusan lebih. Ini dibuktikan dengan perhatiannya terhadap kebutuhan air bersih masyarakat NTT selama ini,” ujar Ebiet.
Mengoptimalkan Jejak Pembangunan Jokowi
Simon Petrus Kamlasi selama ini telah menginisiasi pembangunan sumur pompa dan hidram di 300 titik di Nusa Tenggara Timur.
Sebagian besar dana dari program ini diperoleh dari para donatur, relawan dan biaya mandiri. Program ini telah menjangkau lebih dari 200 ribu jiwa warga di desa-desa terpencil di NTT sejak 2013.
Tata kelola air untuk kesehatan dan pertanian ini sejalan dengan prakarsa Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang telah membangun tujuh bendungan di NTT selama 10 tahun terakhir dengan biaya mendekati 6 Triliun Rupiah.
“Program pemerintah pusat ini menunjukkan bahwa tata kelola air perlu menjadi prioritas di NTT,” kata Simon saat diskusi bersama anggota Relawan SIAGA Jabodetabek.
Simon menyatakan ia telah memiliki program kerja yang jelas dengan indikator SMART dan selaras dengan kewenangan pemerintah provinsi untuk pendayagunaan dan pemanfaatan tujuh bendungan yang sudah dibangun
“Hal ini perlu agar menjadi daya dorong utama ketahanan air, ketahanan pangan, gizi dan kesehatan sehingga target penurunan prevalensi stunting di NTT tercapai signifikan dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.
Ia bahkan akan berjuang melalui kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah provinsi agar pembangunan embung oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dilanjutkan.
“Ini dengan melakukan inovasi teknis dan berkelanjutan agar embung-embung yang telah dan akan dibangun di NTT bertransformasi menjadi mata air-mata air baru bagi anak-cucu kita 40 – 50 tahun ke depan,” tandas Simon.
Ia mmeyakinkan peserta diskusi bahwa dengan intervensi ilmu pengatahuan dan teknologi tepat-guna, konservasi air, dan vegetasi yang tepat, pengalaman teknis, penciptaan mata air baru, mempertahankan dan merawat mata air yang ada saat ini, serta menciptakan iklim mikro di kawasan embung akan mendukung program pertanian dan peternakan warga. (BN/001)