Kefamenanu, Bentara.net. Pinang, pepaya, jeruk, pisang dan kelor tumbuh subur mengitari sebuah sumur di Neonbat, Kelurahan Maubeli, timur laut Kota Kefamenanu. Sumur ini terbilang dangkal. Hanya 4 meter. Sementara pepohonan di sekitarnya tetap hijau, malah masih subur berbuah meski sudah di bulan Juni 2023. Beberapa pohon tumbuh sebagai pagar pekarangan rumah.
Rumah ini terletak tak jauh dari Neonbat, sebuah bukit yang terletak di sebelah utara dengan banyak pohon yang sedang tumbuh bagus-bagusnya. Ada mahoni, merbau dan sengon. Sebagian besar pohon di lereng bukit Neonbat, ditanam oleh pemilik rumah. Bahkan sejumlah anakan seperti mahoni dan pinang juga ditanamnya dekat daerah aliran sungai yang sering longsor.
Ia bukan petani atau pentolan sekolah pertanian. Hanya seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan banyak waktu luang sebagai pelatih beladiri karate.
.
Namanya Robi Binsasi. Urusan tanam-menanam bukan perkara baru baginya. Kegemaran yang satu ini diturunkan langsung oleh ayahnya, sejak ia masih belia.
“Saya sangat senang menanam karena menjadi kerja yang sudah ditanamkan Bapa saya sejak kecil.” terang ayah enam anak ini, saat ditemui Bentara.net di sebuah kebun, di belakang Gereja Katolik Paroki Santu Andreas Tunbaba awal Juni 2023.
Tunbaba ada di Desa Oesena, 10 kilometer sebelah utara Kota Kefamenanu dan masuk wilayah Kecamatan Miomaffo Timur. Robi dan teman-temannya baru saja menanam sejumlah besar anakan Merbau dan Sengon.
“Ini kebun milik kami, peninggalan orang tua. Saya pikir daripada tanah-tanah ini dibiarkan kosong, lebih bagus tanam tanaman apa saja yang bisa berguna besok lusa. Apalagi di sekitar sini ada juga kali. Jadi bagus kita tanam banyak pohon agar tidak banjir atau longsor, ” tambahnya.
Sudah lebih dari 10 tahun, tamatan Universitas Diponegoro Semarang ini menekuni urusan tanam-menanam secara lebih serius dan terus-menerus. Jenis yang ditanam dominannya adalah tanaman sumber hasil hutan kayu seperti mahoni, trambesi, sengon dan merbau. Lokasi penanaman juga makin banyak dan diperluas. Selain lahan kritis sekitar lereng Bukit Neonbat dan bantaran kali di Tunbaba Desa Oesena, aksi tanam juga sudah dilakukan beberapa kali di dekat area persawahan Desa Sekon Kecamatan Insana. Pinang, menjadi salah satu primadona yang ditanam di Sekon, utamanya di sekitar sumur-sumur sekitar persawahan.
“Kalau yang di Sekon, paling banyak kami tanam pinang. Saya target kami harus tanam 1000 pohon. Impian saya, beberapa tahun ke depan, pinang-pinang sudah berbuah, dipanen dan bisa dijual. Kan, lumayan bisa bantu-bantu ekonomi, ” tutur alumus SMPS Xaverius Putra Kefamenanu ini penuh semangat.
Panen pinang hanya salah satu hasil yang diharapkannya Pria 47 tahun yang pertama kali mengabdi sebagai ASN di Kecamatan Ambeno (sekarang distrik Oecusse. Timor Leste) ini punya misi besar soal air bagi masyarakat Sekon.

“Di Sekon, tempat kami tanam itu ada sumur. Dan saya berharap dengan banyak pohon yang ditanam terutama seperti pinang, bisa tambah debit air tanah agar bantu masyarakat di sana. Makanya saya ajak keluarga di Sekon untuk terlibat ramai-ramai tanam. Sebelum ajak orang lain dan di tempat lain, saya ajak keluarga dulu dan awal-awal kami tanam di lahan milik keluarga, ” jelasnya. Ayah Robi berasal dari Amol Kecamatan Miomaffo Timur, tapi ibunya berasal dari Sekon.
Jika dihitung, aksi tanam yang digelar mantan atlit karate yang pernah meraih perunggu pada salah satu kejuaraan Nasional (Kejurnas) telah meluas ke tiga kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Mulai dari sekitar Bukit Neonbat Kecamatan Kota, Kampung Tunbaba Kecamatan Miomaffo Timur hingga Kecamatan Insana. Robi Binsasi tak menanam setiap hari. Sumpah sebagai abdi negara (ASN) mengharuskanya bekerja di instansi pemerintah. Dirinya didapuk sebagai Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Mutis. Pusat Kecamatan Mutis ada di Desa Naekake. jauh di barat seputar lereng Gunung Mutis. Sementara rumahnya di Kota Kefamenanu. Terpaut jarak puluhan kilometer dengan waktu tempuh sepeda motor lebih dari 1 jam.
Kecintaan pada tanam-menanam, nyaris sama dengan kecintaanya pada beladiri karate. Ia pelatih karate dan juga suka berkeliling menanam pohon.
Awal pekan adalah hari sibuk sebagai ASN, makanya akhir pekan adalah waktu sibuk baginya terutama untuk dua urusan kegemarannya. Karate dan Menanam. Uniknya, Robi bahkan menggabungkan dua urusan ini.

” Saya pelatih karate. Yang saya latih lebih banyak anak-anak dari SD-SMA. Tapi saya tidak hanya ajarkan karate. Saya ajak mereka juga untuk tanam pohon. Jadi salam banyak kegiatan, anak-anak juga dilibatkan. Saya ingin mereka terdorong untuk lakukan juga di kebun mereka. Bagi saya ini investasi masa depan. Jika nanti mereka besar dan mau bangun rumah, kan mereka sudah punya persediaan kayu dan pohon yang mereka tanam. Misalnya seperti itu,” tambahnya.
Selain melibatkan anak didiknya dalam pelatihan Beladiri Karate, Robi Binsasi juga mendorong partisipasi anak muda. Sejumlah organisasi pemuda dan mahasiswa dilibatkannya dalam kegiatan. Dengan itu, dirinya tetap terus berkarya untuk alam Timor Tengah Utara dengan melibatkan lebih banyak orang terutama generasi muda.

“Soal anak muda, mungkin banyak orang merasa pesimis untuk ajak karena takut anak muda tidak tertarik. Tapi bagi saya itu mudah. Tergantung kita bangun komunikasi yang baik, anak muda pasti akan tergerak. Apalagi menanam itu kan berkarya untuk alam dan ujung-ujungnya untuk masa depan juga.” pungkasnya.
Di tengah padatnya aktivitas sebagai aparatur sipil negara dan sebagai pelatih karate, Robi Binsasi masih menyisihkan waktu dan sejumlah sumber dayanya untuk bumi. Ia tahu keterbatasannya makanya tak pernah jalan sendiri. Ia berjalan sambil membuat jalan bagi generasi muda. Apapun ditanamnya karena pasti bermanfaat. Bencana bisa dicegah dan kebutuhan manusia dari hasil alam tetap tersedia tanpa harus mengambil secara serampangan. ***NYO/BKA