Dolulolong – Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Lembata, Yuni Damayanti, mengatakan, stunting dan gizi buruk masih menjadi momok dalam upaya pemberdayaan keluarga di Kabupaten Lembata.
Stunting dan gizi buruk menurut Yuni juga menjadi ‘pekerjaan rumah’ besar yang saat ini harus dituntaskan TP PKK bersama mitra kerja seperti OPD lingkup Pemda Lembata dan sektor lainnya seperti pemerintah desa.
Oleh karena itu Yuni menegaskan, intervensi anggaran dana desa harus memprioritaskan program PKK untuk memberantas stunting & gizi buruk. Dia juga mengungkapkan alasan stunting di Lembata masih sulit untuk diatasi.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,” tandas Yuni saat menyampaikan sambutannya dalam kegiatan memeringati Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Posyandu Desa Dolulolong, Kamis (24/6)
Menurut Yuni, banyak faktor di keluarga yang menyebabkan angka stunting dan gizi Buruk di Kabupaten Lembata masih tinggi.
Faktor-faktor yang paling sering ditemui yakni perilaku pola asuh dan pola hidup masyarakat yang masih rendah. Misalnya tidak memerhatikan kebersihan, juga pemberian asupan makanan untuk anak yang tidak memperhatikan keseimbangan gizi.
“Yang penting kenyang, enggan ke posyandu dan lain sebagainya,” ungkap Yuni. Oleh karena itu, Yuni berharap perlu ada kerjasama dari Pemerintah Desa bersama PKK dalam upaya memberantas stunting ini.
“Peranan PKK sangat penting karena PKK adalah organisasi yang menjadi wadah bagi pemberdayaan keluarga,” imbuhnya. PKK memiliki 10 program pokok yang meliputi segala aspek kehidupan di dalam sebuah keluarga.
Di sisi lain, Yuni menilai pemahaman yang rendah dari pemerintah desa seringkali membuat PKK tidak berjalan atau mati suri.
“Karena hanya dianggap sekedar perkumpulan ibu-ibu. Padahal apa yang ada di dalam nomenklatur desa, keterlibatan PKK sangatlah kuat untuk mendukung pembangunan di desa atau kelurahan,” ungkapnya.
“Sudah jelas bahwa PKK adalah organisasi kemasyarakatan yang merupakan mitra pemerintah baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan ataupun desa yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak,” lanjutnya
Tidak hanya itu, rendahnya Mitra OPD melibatkan PKK di dalam program-program kerjanya juga merupakan salah satu faktor hambatan menyelesaikan masalah stunting dan gizi buruk.
“Saya berharap ke depan, hubungan harmonis dapat terjalin antara semua pihak agar dapat menurunkan angka stunting di NTT, khususnya di Kabupaten Lembata,” ucap Yuni.
Kegiatan memeringati Harganas yang jatuh pada Kamis (29/6) mendatang dikakukan di beberapa kecamatan di Kabupaten Lembata. Usai menghadiri kegiatan di Posyandu Desa Dolulolong, Yuni bersama rombongan TP PKK Kabupaten Lembata juga menyambangi Rumah Sakit Meru, Kecamatan Omesuri.
Kegiatan ini dihadiri Camat Omesuri, Sekretaris Dinsos P2KB, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Ketua IBI Cabang Lembata, TP PKK Desa Dolulolong, kader posyandu dan para ibu hamil, menyusui, juga balita.
Kegiatan yang mengusung tema “Keluarga Keren Cegah Stunting” ini diisi dengan simulasi tumbuh kembang anak, demo makanan B2SA dan pemasangan stiker ibu hamil. (Red)