LEMBATA – Salah satu tantangan besar di dalam upaya menguatkan suara isu perubahan iklim adalah sumbatan informasi. Kondisi ini menyebabkan isu yang menjadi perhatian global ini tidak terdistribusi dengan baik hingga ke masyarakat.
Untuk mengatasi masalah ini, LSM Barakat yang tergabung dalam Koalisi Adaptasi menggelar kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kampanye dan Amplifikasi di Isu Perubahan Iklim untuk Organisasi Masyarakat Sipil, Media, Akademisi & Pemuda di Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan yang digelar di Moting Ema Maria, Kantor LSM Barakat selama dua hari yakni Jumat – Sabtu (25-26/10/2024) ini diikuti para pegiat organisasi masyarakat sipil (OMS), jurnalis, pemerintah desa dan perwakilan kaum muda di Lembata.
Direktur LSM Barakat, Benediktus Bedil, mengatakan, hingga saat ini banyak orang masih menyangkal bahwa perubahan iklim itu nyata.
“Padahal, dampak perubahan iklim sangat dirasakan ancamannya oleh masyarakat, khususnya masyarakat petani dan nelayan yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,” kata Benediktus saat membuka kegiatan ini, Jumat (25/10) pagi.
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ini merupakan karakter dominan demografi dan geografi Indonesia terkhusus di NTT.
Ia mencontohkan bencana siklon tropis seroja yang mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor yang kemudian menelan korban jiwa serta kerugian material yang tidak sedikit, merupakan dampak perubahan iklim yang dirasakan langsung masyarakat.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap isu perubahan iklim adalah adanya sumbatan informasi seputar isu ini di tengah masifnya perkembangan teknologi informasi.
“Faktor penyebabnya beraneka ragam. Tidak hanya minimnya kesadaran dan pemahaman tentang perubahan iklim serta dampaknya, namun juga didorong minimnya political will para pengambil keputusan dan minimnya sorotan terhadap aksi-aksi solusi perubahan yang sebenarnya bergulir di ruang publik,” ujar Benediktus.
Kondisi ini menurut Benediktus memerlukan adanya upaya yang lebih terencana, terstruktur, kolektif dan berbasis inisiatif simpul-simpul masyarakat, untuk meningkatkan kesadaran serta mencari solusi terhadap penyumbatan arus informasi ini.
Ia berharap pertemuan ini akan menghasilkan sebuah media kolaborasi yang disebut Dapur Berita. Selanjutnya Dapur Berita ini menjadi distributor informasi bagi berbagai platform informasi seperti media sosial dan media mainstream lainnya.
Pelatihan ini menghadirkan Sandy Pramuji, Editor Datanesia dan Nala Dipa selaku Fasilitator Pelatihan dari Yayasan Penabulu. (BN/001)