Lewoleba – Koordinator Relawan Komunitas Taman Daun, John Batafor mengecam keras keputusan Pemerintah Kabupaten Lembata memulangkan pengungsi erupsi Gunung Ile Lewotolok dari Posko Utama eks kantor Bupati Lembata ke desa mereka masing-masing. Keputusan ini dinilai sebagai bentuk penelantaran karena para pengungsi dinilai belum siap pulang ke rumah mereka masing-masing.
Kepada BentaraNet, Selasa (5/1/2020) John mengatakan, para pengungsi mengalami kondisi yang memprihatinkan sejak dipulangkan ke rumah mereka pada Sabtu (2/1) lalu. Dia menemukan banyak warga yang menangis lantaran rumah mereka tidak layak dihuni karena rusak parah.
“Saya sangat kecewa dengan keputusan Pemda Lembata ini. Apa yang kita khawatirkan selama ini benar-benar terjadi. Ini sama saja dengan penelantaran pengungsi oleh pemerintah,” kata John.
Dia mengisahkan, beberapa warga yang atap rumahnya masih bolong terpaksa tidur di rumah tetangga dan di kebun.
“Ada juga yang lari mengungsi dari posko utama ke rumah keluarga di Lewoleba. Ada yang terpaksa tidur saja dengan atap bocor dan kalau hujan ya mereka tidak tidur. Hanya bisa pasrah, basah kuyup,” ungkap John.
Bahkan, beberapa warga tidak memiliki stok makanan ketika pulang ke rumah mereka masing-masing. “Satu temuan kami kemarin, ada warga yang kelaparan di Bungamuda karena tidak ada beras. Dan itu kita langsung bantu beras. Prediksi kita tidak ada yang meleset,” ujar John.
Menurut John, Pemerintah Kabupaten Lembata harusnya menyiapkan kebijakan penanganan pengungsi post emergency sebelum memutuskan memulangkan para pengungsi ke rumah mereka masing-masing. Beberapa kebijakan penanganan tersebut di antaranya adalah memperbaiki rumah warga yang rusak dan menyiapkan stok sembako bagi para pengungsi.
“Ini dulu yang disiapkan. Jika tidak maka warga korban erupsi akan semakin sengsara saat mereka pulang ke desa mereka masing-masing. Ini sama saja dengan kita semakin menerlantarkan mereka. Saya mengecam keras keputusan pemerintah ini,” kata John.
Data yang dihimpun Relawan Komunitas Taman Daun, sebanyak 50 rumah warga yang rusak parah terkena material letusan gunug api Ile Lewotolok pada Minggu (29/11/2020) lalu. 50 rumah ini tersebar di tiga desa yakni Bungamuda, Lamawara dan Lewotolok.
Sebanyak 16 rumah sudah diperbaiki relawan Komunitas Taman Daun yakni sebanyak 13 rumah di Desa Bungamuda dan 3 rumah lainnya di Desa Lamawara.
“Masih ada 34 rumah yang rusak parah yang harus diperbaiki. Itu belum termasuk rumah yang rusak sedang. Ini kita masih bicara rumah, belum kebutuhan makanan mereka,” ungkap John.
John menegaskan, Bupati Lembata, Eliyaser Yentji Sunur harus bertanggungjawab penuh terhadap keputusan yang dinilai tidak tepat ini. “Saya mau katakan ini keputusan yang tidak manusiawi,” pungkasnya.
Terkait hal ini, Kepala Pelasana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Thomas Tip Des belum berhasil dimintai keterangan.
Pemerintah Kabupaten Lembata pada Sabtu (2/1) lalu memulangkan kelompok pertama pengungsi erupsi Gunung Ile Lewotolok dari Posko Utama halaman eks kantor bupati. Kelompok pertama pengungsi yang dipulangkan tersebut yakni 8 KK atau 24 jiwa yang selama lebih dari sebulan menempati tenda D, asal Desa Bunga Muda, Kecamatan Ile Ape.
Para pengungsi yang terdiri dari anak-anak dan perempuan tersebut menggunakan dua minibus milik Pemda, dikawal mobil Patroli Polisi dan sebuah pick up milik BPBD.
Dilansir dari laman Media Indonesia, BPBD Kabupaten Lembata mengkonfirmasi sebanyak 6.974 jiwa pengungsi berasal dari 15 desa terdampak erupsi Ile Lewotolok dipulangkan sejak Sabtu (2/1).
Meski demikian masih ada perpanjangan tanggap darurat yang hanya berlaku bagi Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur.
PVMBG merekomendasi, Desa Jontona adalah desa yang berada di jalur bukaan kawah Gunung Ile Lewotolok. Desa yang berada di tenggara Gunung Ile Lewotolok itu paling rentan jika sesewaktu keadaan memburuk akibat erupsi eksplosif.
Lebih dari 2.000 jiwa, warga Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur hingga saat ini masih diinstruksikan untuk bertahan di posko pengungsian. Sedangkan warga pengungsi yang telah dipulangkan juga diinstruksikan untuk selalu siaga. (Red)