Lewoleba – Ada satu hal yang cukup mengejutkan sekaligus menyedihkan saat relawan Komunitas Taman Daun melakukan transplantasi terumbu karang di sekitar Pulau Siput Awololong, Kabupaten Lembata pada Kamis (22/10) lalu. Di dasar laut sekitar pulau onggokan pasir putih itu tidak ada lagi gugusan terumbu karang.
Yang tersisa hanya patahan terumbu karang yang berserakan dimana-mana. “Sebagian patahan lainnya bisa jadi tersapu ombak ke tempat lain,” kata Koordinator Relawan Taman Daun, John S J Batafor kepada BentaraNet, Senin (26/10/2020).
“Teman-teman bisa lihat kalau pernah ke Awololong itu banyak patahan karang berserakan di atas pasir pulau siput. Sementara di sisi lain pasir pulau siput ini dengan mudah disapu gelombang ke dasar laut tanpa ada penahan yang sebenarnya merupakan fungsi dari terumbu karang ini,” lanjut John
Kondisi ini menurut John yang menyebabkan kenapa saat ini Pulau Siput Awololong terancam abrasi dan terlihat lebih kecil dari sebelumnya. Laut di sekitarnya pun tampak mulai dangkal. “Karena pasir pulau tersapu dengan mudah ke laut dalam,” tandas John.
Dasar laut sendiri tampak keruh akibat reaksi pasir terhadap gerakan yang menyebabkan gelombang sekecil apa pun. Hal ini disebabkan karena terumbu karang sudah tidak ditemukan lagi di dasar laut sekitar Pulau Siput Awololong.
“Bahkan kalau kita selam di tempat yang dalam itu air lautnya sangat keruh dan pandangan kita tidak jauh. Gelap dan keruh karena tidak ada terumbu karang. Ikan-ikan juga jarang di situ,” ungkap John.
Padahal, sekitar 20 tahun lalu, para penyelam masih menemukan gugusan terumbu karang yang membentang luas antara Pulau Siput Awololong dan bibir pantai teluk Lewoleba. “Dulu masih SD, kami biasa berenang itu banyak terumbu karang, air lautnya juga jernih,” kata Ethos Liman, warga Lewoleba yang juga anggota Komunitas Taman Daun.
John memprediksikan aksi bom ikan yang sempat marak, tumpahan minyak dan aktifitas kapal nelayan selama dua dekade terakhir menjadi penyebab utama musnahnya terumbu karang ini.
Meski demikian, John mengatakan, saat ini belum terlambat untuk mengembalikan biota laut di sekitar Pulau Siput ini seperti sediakala. Dua hari setelah aksi transplantasi terumbu karang ini dilakukan, mereka menemukan banyak ikan kecil sudah mulai bermain di sekitar area ini.
“Setelah dua hari transplantasi, waktu kami monitoring dan ternyata bahwa sudah banyak ikan yang datang dan berlindung di sela-sela media tanam. Artinya ikan-ikan kecil ini merasa sudah punya rumah,” ungkapnya.
John menganalogikan terumbu karang yang hancur ini ibarat pemukiman warga yang hancur lebur akibat bom.
“Lalu tiba-tiba orang datang bangun rumah untuk kita. Reaksi ikan-ikan itu pun pasti sama seperti reaksi kita manusia yang dapat rumah baru setelah rumah kita hancur dibom. Artinya ikan-ikan ini selama ini kehilangan tempat berlindung,” imbuh John.
John mengajak semua orang untuk dengan caranya masing-masing menjaga dan melestarikan ekosistem laut tidak hanya di sekitar Pulau Siput Awololong. Sebanyak 250 substrat atau media tanam terumbu karang dilepas relawan Komunitas Taman Daun di sekitar lokasi ini.
“Mari kita sama-sama berpikir untuk menitipkan yang baik bagi anak cucu kita untuk waktu yang akan datang,” pungkasnya. (Red)