Lewoleba – Theresia Tada, warga desa Lamawolo, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat menerima bantuan non tunai sebesar Rp 1,2 juta dari Yayasan Plan Internasional Indonesia yang disalurkan melalui Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Ankara.
Theresia merupakan satu di antara 610 kepala keluarga yang tersebar di 16 desa dan 5 kecamatan di Kabupaten Lembata yang menerima bantuan ini. 610 kepala keluarga ini terdampak banjir bandang dan longsor pada Minggu (4/4) lalu.
“Ini sangat membantu. Saat ini kami tidak punya apa-apa, rumah kami rusak total diterjang banjir. Terimakasih kepada (Yayasan) Plan Internasional (Indonesia) dan Koperasi Ankara sudah membantu meringankan beban kami,” kata Theresia saat menerima bantuan ini di halaman sekolah SMP Negeri 1 Nubatukan, Lewoleba, Senin (24/5).
Theresia akan memanfaatkan bantuan non tunai ini untuk keperluan mendasar dan mendesak untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi pasca bencana hebat ini.
Total bantuan sebesar Rp 1,2 miliar ini bersumber dari START Fund, sebuah konsorsium internasional yang terdiri dari 42 Lembaga non profit yang bergerak untuk memperkuat sistem bantuan kemanusiaan, serta melalui pendanaan sponsorship Plan Internasional dan local fundraising.
General Manager KSP Kopdit Ankara, Yulius Plea menjelaskan, metode penyaluran bantuan non tunai ini dilakukan dengan membuka tabungan harian sebesar Rp 1,2 juta per kepala keluarga. Bantuan ini tercatat sebagai Simpanan Bunga Harian (SIBUHAR) pada KSP Kopdir Ankara.
“Bantuan tersebut bisa diambil saat distribusi jika dibutuhkan dan apabila belum ada keperluan mendesak maka uang tersebut tetap ada di rekening Kopersi Ankara yang tetap tercatat sebagai Simpanan Bunga Harian,” kata Yulius.
Yulius menjelaskan, penyaluran bantuan ini berjalan dengan lancar secara bertahap di 16 desa ini sejak Jumat (16/4) lalu. Dia berharap bantuan ini dapat dimanfatkan sebaik mungkin untuk kebutuhan dasar para penyintas, korban banjir bandang dan longsor di Lembata.
“Bantuan ini kita harapkan bisa disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan para penyintas yang mendasar. Kita tahu bahwa banjir bandang kemarin mereka kehilangan begitu banyak harta benda bahkan sanak keluarga,” kata Yulius.
HRP Program Coordinator dari Yayasan Plan Internasional Indonesia, Vransiscus Saverius mengatakan, berdasarkan pantauan mereka, sebagian besar masyarakat terdampak banjir bandang dan longsor telah kembali ke pengungsian mandiri seperti pondok-pondok darurat yang mereka bangun di kebun dan rumah keluarga mereka di Kota Lewoleba.
Sementara sebagian lainnya masih bertahan di beberapa titik pengungsian. “Oleh karena itu kita terus berupaya untuk memberikan dukungan meringankan beban masyarakat yang terdampak bencana,” kata Vransiscus.
Melalui mekanisme bantuan non tunai, Yayasan Plan Internasional Indonesia juga memberikan bantuan yang difokuskan pada tiga sektor yaitu pendidikan di masa darurat, perlindungan anak di masa darurat dan penyaluran air bersih dan sanitasi.
Beberapa bantuan yang diberikan ini berupa penyediaan 9 pusat cuci tangan di pengungsian, distribusi 30 unit yang tersebar di 16 desa, penyaluran 750 paket hunian darurat dan manajemen kebersihan menstruasi, serta 1.221 perlengkapan sekolah bagian anak dampingan Plan Indonesia.
“Bantuan yang diberikan telah menyesuaikan dengan kondisi dan kendala di lapangan. Di antaranya, termasuk tidak adanya peralatan rekreasi yang tersedia untuk anak, nihilnya mekanisme pelaporan perlindungan anak, juga tidak adanya bantuan pembelajaran bagi anak-anak dari pemerintah atau agensi lain hingga saat ini,” kata Vransiscus.
Plan Indonesia juga terus berkoordinasi dengan pemerintah dan organisasi kemanusiaan setempat untuk memitigasi kendala ini. (Red)