Lewoleba – Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday meminta masyarakat dan semua mitra pariwisata di Kabupaten Lembata untuk mendukung pelaksanaan even Eksplorasi Budaya di Kabupaten Lembata.
Even yang sempat ditentang dan jadi perdebpatan publik serta berubah nama dari sebelumnya Sare Dame ini, akan dilangsungkan pada 7 Februari hingga puncaknya pada 7 Maret mendatang.
Hal ini dikatakan Bupati Thomas saat menyampaikan sambutan dalam acara temu mitra Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Lembata di aula Hotel Palm pada Jumat (28/1/2021) lalu.
“Saya minta teman-tema mitra yang ada di dalam ini setelah kita omong lebih dalam, mohon dukungan terhadap eksplorasi budaya. Kira-kira teman-teman mau mengambil bagian yang mana,” kata Thomas Ola.
Dia juga meminta agar seluruh elemen masyarakat jangan membiarkan pemerintah berjalan sendiri dalam even yang menurutnya sebagai bagian dari upaya optimalisasi budaya dan kearifan lokal untuk mewujudkan perdamaian di Kabupaten Lembata ini.
“Mari kita bersatu jangan biarkan pemerintah berjalan sendiri, akan gagal itu. Teman-teman pemerintah juga jangan jalan sendiri, gandeng semua itu. Tidak ada orang yang menjadi supermen, one man show di kabupaten ini, tidak akan,” ungkapnya.
Selain itu dia juga menegaskan bahwa semangat persatuan ta’an to’u yang sudah diwariskan para founding fathers otonomi daerah kabupaten Lembata ini harusnya dipegang teguh oleh masyarakat Lembata untuk mencapai kemajuan.
“Mari bergandengan tangan, supaya apa? Kita yang lemah-lemah ini menjadi kuat,” ucap Thomas.
Even eksplorasi budaya hingga saat ini menuai penolakan oleh sebagian masyarakat Lembata baik di media sosial maupun di beberapa komunitas adat.
Terakhir masyarakat komunitas ada Lewuhala sebagai salah satu titik pelaksanaan ritual adat menolak even ini dengan alasan tidak sesuai dengan jadwal pelaksanaan seremonial adat di daerah tersebut.
Selain itu, penolakan juga datang dari anggota DPRD Kabupaten Lembata, Piter Balawukak. Dia menganggap acara eksplor budaya di 10 tempat di Lembata ini masih bermasalah.
Dia menanyakan motivasi dasar seremonial adat itu harus dilakukan dan siapa yang melegitimasi masyarakat adat di 10 tempat untuk melakukan seremonial adat.
“Dan siapa mereka itu?”
Orang Lamaholot, kata dia, selalu berkeyakinan bahwa mantera atau doa-doa dalam ritual itu sakral atau keramat, dan punya daya magis tinggi.
Dia mengingatkan, ritual atau seremonial yang dibuat dengan motivasi yang salah bisa membawa konsekuensi fatal.
“Bisa makan korban kalau salah orang, salah omong, salah tujuan kemudian yang melakukan hati tidak ikhlas dan pihak sebelah juga tidak ikhlas,” katanya kepada Pos Kupang.
Sementara itu Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Lembata, Markus Labi Waleng, mengatakan, Eksplorasi Budaya ini akan mengangkat ritual masyarakat adat yang ada di komunitas di masing- masing komunitas, pentas budaya dari setiap desa yang ada di kabupaten Lembata serta Talkshow untuk menggali ritul yang ada di setiap komunitas adat di Lembata.
“Memang dalam Eksplorasi budaya ini akan diadakan di 10 titik pada 9 Kecamatan di Kabupaten Lembata. Kenapa hanya di 9 Kecamatan? Ini lebih diakibatkan kepada terbatasnya anggaran dan juga waktunya. Namun Pemkab Lembata memerhatikan seluruh desa dan kecamatan di kabupaten ini. Nanti ke depan kita akan jadwalkan untuk wilayah lainnya,” kata Markus dilansir rri.co.id.
Lebih jauh dia mengungkapkan, Eksplorasi Budaya ini bertujuan menanamkan dasar yang kuat dan menggali seluruh kekayaan adat istiadat masyarakat Lembata, sehingga dapat dibukukan dan diwariskan kepada generasi yang lebih muda.
“Dalam kegiatan talkshow nanti, kita akan mengundang tiga tim ahli antropologi untuk menggali lebih dalam tentang ritual adat Lembata ini, sehingga nantinya akan dibukukan dan menjadi dasar untuk materi pembelajaran muatan lokal di Kabupaten Lembata” jelasnya. (Red)