MELUWITING – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata, Petrus Kanisius Tuaq kembali menanam salak bersama seluruh anggota kelompok tani (Poktan) Galeka Leu di Desa Meluwiting, Kecamatan Omesuri.
Kehadiran Kanis sebagai bentuk dukungan Pemkab Lembata terhadap program pemerintah Desa Meluwiting yang berkelanjutan. Ia menyampaikan agar komoditas buah di Desa Meluwiting harus terus didorong untuk kemandirian ketahanan pangan buah di Kabupaten Lembata.
“Agar bisa merebut pasar buah di Lembata, maka petani buah salak, buah naga dan buah yang lain perlu didorong secara serius untuk meningkatkan produktifitas baik dari segi kuantitas dan kualitas,” kata Kanis pada Jumat, 8 Maret 2024 di Desa Meluwiting.
Menurutnya, selama ini kebutuhan akan buah di Lembata sangat tinggi. Ironinya, untuk memenuhi kebutuhan ini, lebih banyak buah diimpor dari luar daerah. Hal ini menyebabkan banyak uang masyarakat yang diambil oleh pengusaha-pengusaha buah di luar Lembata.
“Melihat kondisi Lembata, sampai saat ini kita masih konsumsi buah yang diimpor dari luar Lembata. Sehingga banyak uang yang harus keluar dari Lembata,” katanya.
Kanis berharap agar potensi lahan di Omesuri, Buyasuri wilayah pedalaman dan Atadei yang lebih cocok dengan budidaya buah buahan, dapat didorong untuk memenuhi kebutuhan buah di Lembata, yang tentunya akan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
“Di Meluwiting sudah mulai dengan buah salak dan buah naga. Semoga desa lain bisa melihat potensinya masing-masing dan didorong secara serius agar ketahanan pangan di Lembata bisa terwujud,” harapnya.
Khusus Desa Meluwiting, ia meminta pemerintah desa untuk terus mendorong petani buah salak secara serius, dan bisa mencapai target. Jika berhasil, Meluwiting menjadi desa model pertanian baru di Lembata, khususnya petani buah.
“Dorong terus ya pak Kades. Semoga target 15 ribu pohon bisa tercapai agar bisa memenuhi kebutuhan pasar Lembata,” ujarnya.
Untuk diketahui, para petani buah di Desa Meluwiting telah menanam 5.100 pohon salak sejak 2022. Dari jumlah ini, sebanyak 2.600 pohon sudah berbuah.
Jika dihitung secara ekonomi, rata-rata satu pohon salak yang berbuah menghasilkan uang sebesar Rp 30 ribu. Jika dikalikan dengan 2.600 pohon, maka dalam setahun para petani dapat menghasilkan uang sebesar Rp 78 juta.
“Dengan pendapatan yang diperoleh seperti ini, maka minat petani untuk mengembangkan salak semakin tinggi,” kata Kanis.
Pada tahun 2023 yang lalu, kata dia, Dinas Pertanian dan Ketahana Pangan Kabupaten Lembata membantu ekspansi lahan seluas 1 hektar untuk salak di Desa Meluwiting dan memberikan bantuan tiang panjat buah naga.
“Di tahun 2024 ini akan didorong lagi bantuan yang sama serta jalan usaha tani. Saya juga berharap, pendamping dari para petugas PPL dan berkolaborasi pemerintah desa sebesar 20% Dana APBDes untuk mendukung peningkatan ketahanan pangan di daerah,” pungkasnya. (BN/001)