ADONARA – Aksi tidak terpuji dilakukan beberapa wisatawan asing yang berlibur ke kawasan wisata Pulau Meko, Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur. Mereka menggunakan drone dan bunyi-bunyian untuk membangunkan kelelawar yang harusnya tidur pada siang hari.Â
Padahal, pulau kelawar merupakan salah satu objek wisata unik di kawasan wisata Pulau Meko yang terkenal dengan pasir timbul di tengah laut ini. Selain menarik wisatawan, masih bertahannya kelelawar di sini menunjukan ekosistem laut dan darat di beberapa pulau kecil ini masih terjaga dengan baik.
Aktivis kemanusiaan dan lingkungan hidup John S J Batafor menyesali tindakan terpuji beberapa wisatawan asing ini. Pegiat ekowisata ini pun tidak segan-segan menghardik para wisatawan yang mengancam keselamatan ekosistem kelelawar di wilayah ini.
“Saya bilang ke mereka saya akan menghentikan kalian kalau aksi kalian ini tidak baik untuk ekosistem lagi,” kata John melalui pesan yang diterima media ini, Selasa, 16 Mei 2023.
John mengatakan aksi mereka ini telah terjadi dua kali. Pertama menggunakan drone dan kedua mereka menggunakan bunyi-bunyian. Kondisi ini menurut John harus menjadi perhatian serius Pemda Flotim yang gencar mempromosikan Meko hingga meraih juara 2 nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2020 lalu.
Pemerintah Flores Timur menurutnya harus serius dalam menata destinasi wisata Pulau Meko yang berada di ujung timur Pulau Adonara ini, termasuk mendorong ekowisata dengan konsep pelestarian ekosistem darat dan laut.
Menurut John, Meko memiliki daya tarik ‘magis’ bagi para wisatawan. Meko menurutnya selalu masuk list wisatawan yang menyempatkan diri ke wilayah kepualuan Flores bagian timur yakni Flores Timur, Lembata dan Alor.
“Masalahnya adalah bagaimana kita mengoptimalkan ini kalau hal mendasar soal ekosistem laut tidak kita jaga dengan baik. Saya melihat pulau pasir timbul Meko dan pulau kelelawar ini memiliki potensi daya tarik yang sangat besar bagi wisatawan,” ucapnya.
Oleh karena itu, John mengimbau Pemda dan masyarakat Flotim khususnya Desa Pledo untuk mulai memikirkan merawat Meko dengan ekosistem laut dan daratnya yang masih terjaga.
“Kesadaran bersama harus ada dulu. Kalau tidak, jangan heran, suatu saat nanti kelelawar di pulau ini bisa hilang, terumbu karang bisa rusak, bahkan hutan bakau bisa hancur dan Meko akan tidak menarik lagi,” kata John mengingatkan.
Pulau Meko merupakan salah satu destinasi wisata unik dan terkenal di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di destinasi wisata ini terdapat pulau pasir timbul berwarna putih dan pink yang menawan di tengah laut. Pulau ini oleh masyarakat setempat disebut Nuha Watan Peni.
Selain itu, di sini pengunjung dapat mengunjungi pulau kelelawar. Di dua pulau kecil yang berdampingan ini terdapat jutaan kelelawar. Kelawar di pulau ini memiliki siklus rutin yakni terbang keluar pulau pada sore hari dan kembali ke peraduan pada dini hari.
Oleh karena itu waktu terbaik untuk melihat kelelawar ini adalah pada sore hari menjelang malam dan dini hari menjelang matahari terbit.
Lenskap gunung Ile Boleng di Pulau Adonara dan Ile Lewotolok di Pulau Lembata yang mengapiti Meko menambah sempurna keindahan wisata laut ini.
Untuk menuju ke Meko pengunjung dapat menyeberang dari Pulau Adonara lewat Dusun Meko, Desa Pledo Kecamatan Witihama. Pengunjung dapat menyewa perahu kecil milik warga lokal dengan waktu tempuh sekitar 10-15 menit.
Untuk akses ke Pulau Adonara, pengunjung dapat melalui lima pelabuhan laut yakni Waiwerang, Tobilota, Tanah Merah, Boleng dan Pelabuhan Feri Deri. Akses bandara dari Kupang menuju lokasi wisata ini yakni Bandara Gewayan Tanah Larantuka, Kabupaten Flores Timur dan Bandara Wunopito Lewoleba, Kabupaten Lembata.