Lewoleba – Wisuda Akademi Paradigta Indonesia (API) diselenggarakan secara serempak di seluruh Indonesia. Untuk menghubungkan seluruh wisudawati, acara ini juga berlangsung secara daring.
Di Lembata, sebanyak 40 perempuan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) ini, di Aula Ankara, Kota Lewoleba, Kamis (15/12/2022).
Para perempuan yang tergabung dalam akademi ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Mereka tergabung dalam dua kelas yakni kelas Desa Muroona sebanyak 19 orang dan kelas Paroki Maria Baneux Kota Lewoleba sebanyak 21 orang.
Momentum wisuda ini juga merupakan simbol pengukuhan para alumni menjadi pembawa perubahan di dalam keluarga, lingkungan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Magdalena Peni Lajar, salah satu wisudawan API 2022 mengatakan, API merupakan satu di antara sekian banyak pendidikan alternatif yang mampu mendorong para perempuan bangkit dan berdaya untuk membangun ketahanan keluarga dan bangsa.
“Yang jelas itu sungguh sangat luar biasa. Mama-mama yang sebelumnya tidak terorganisir, setelah belajar di Paradigta, dia berusaha untuk melakukan perubahan dalam rumah tangga, berusaha untuk me-manage waktu dan keuangan sehingga dalam perjalanan dia tidak mengalami suatu krisis, terutama krisis ekonomi,” kata Magdalena.
Magdalena mengungkapkan, dari 40 orang yang terdaftar awal di Kelas Paroki Baneux Kota Lewoleba, hingga akhir kelas selama enam bulan hanya 21 orang yang diwisuda.
Meski demikian, Magdalena yakin 21 orang yang terdiri dari perempuan ini mampu membawa perubahan di keluarga mereka masing-masing.
Akademi Paradigta Indonesia bagi Magdalena telah meninggalkan kesan yang baik. Para peserta tidak hanya mendapat pelajaran seperti yang tertera di dalam modul belajar, tetapi juga punya kesempatan untuk berbagi bersama seputar masalah dan tantangan keluarga di tengah persaingan dan perubahan global.
“Ketika berada di Akademi Paradigta mereka bisa lebih percaya diri, bisa tampil di depan umum, mereka bisa bicara. Di sini kami saling memberikan ide, pendapat dan saling memberikan support,” kata Magdalena.
Sekretaris Yayasan Pekka, Kodar Tri Wusananingsih, mengatakan, API bertujuan melahirkan perempuan pemimpin khususnya di desa-desa, agar mereka dapat berkontribusi dalam pengambilan keputusan, juga terlibat dalam kegiatan pembangunan di desa seperti musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang).
Dia menjelaskan saat ini ada tiga modul pembelajaran yang diaplikasikan di API yakni, pertama, Kader Desa. Dengan modul ini diharapkan dapat lahir perempuan pemimpin di desa.
“Jadi peserta akademia ini terbuka untuk siapa saja yang ada di desa. Tidak hanya perempuan kepala keluarga tetapi juga di luar itu,” ucap Kodar.
Kedua, changes maker yang mengusung spirit setiap perempuan adalah pembaharu. Untuk modul ini, Kodar berharap para lulusan kelas Changes Maker ini bisa menjadi agen perubahan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Ketiga, modul Kewirausahaan. Modul ini mendorong para perempuan untuk menjadi wirausaha baru. Apalagi kata Kodar, perempuan merupakan kelompok rentan yang terdampak pandemi Covid-19.
Akademi Paradigta Indonesia yang saat ini telah berdiri sendiri, sebelumnya merupakan inisiatif baru dan sebuah bidang yang berada di bawah Yayasan Pekka pada tahun 2015.
API merupakan pendidikan alternatif dan pelatihan terstruktur bagi kader Pekka dan kader perempuan akar rumput lainnya.
Akademi ini diharapkan dapat berkontribusi memperkuat dan mendukung perempuan miskin, disabilitas dan kelompok marjinal pedesaan lainnya agar mampu melaksanakan fungsi kepemimpinan yang dapat menjawab tantangan kehidupan, bebas dari kemiskinan, penindasan dan ketidakadilan.
Kegiatan ini berlangsung khidmat dan meriah, diramaikan dengan berbagai tarian daerah dan pentas musik. Sehari sebelumya, Pekka juga melaksanan Forum Pekka NTT wilayah Flores Timur, Lembata dan Alor di lokasi yang sama.