Atakore – Tugul Gawak merupakan ritual utama yang dilakukan saat event Eksplorasi Budaya Lembata di Desa Atakore, Kecamatan Atadei pada Jumat (18/2/2022).
Biasanya, ritual ini dilakukan untuk mempersatukan atau mendamaikan secara adat dua belah pihak yang bertikai atau berselisih paham. Namun ritual ini juga bisa dilakukan untuk mempersatukan komitmen masing-masing pihak dalam satu komunitas untuk selalu hidup bersama dan berlaku adil yang disimbolkan melalui acara makan bersama.
Masing-masing pihak membawa makanan berupa beras merah, ayam dan tuak. Setelah makanan ini dimasak dan melewati ritual pemberkatan dan persembahan kepada leluhur, baru disantap bersama oleh pihak-pihak yang terlibat.
Kali ini, ritual tugul gawak dilakukan untuk para pejabat pemerintahan Kabupaten Lembata dan beberapa perwakilan klan dari masyarakat adat Atakore. Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday bersama jajaran pimpinan OPD, Camat Atadei dan beberapa kepala desa di Kecamatan Atadei turut ambil bagian dalam ritual ini.
Setelah melewati seremoni, makanan ini disantap bersama oleh semua pihak yang terlibat di dalam satu bakul. Demikian halnya tuak. Minuman khas Atadei dari pohon lontar ini diminum secara bersama dalam satu neak.
Semua pihak mendapatkan bagian yang sama rata dalam menyantap makanan dan minuman ini. “Ini menunjukkan semangat persatuan. Lalu pembagiannya juga harus adil dan merata. Dimakan bersama di dalam satu tempat makan,” kata Petrus Ata Tukan, tokoh adat Atakore.
Petrus menjelaskan, tidak hanya persatuan dan keadilan. Budaya tugul gawak juga menjadi bagian dari komitmen semua pihak untuk tidak saling mencederai dan merugikan satu sama lain. Jika dilanggar, tentu orang atau pihak tersebut akan mendapat ganjaran hukum adat.
Petrus menarik benang merah, bahwa jika ritual ini diikuti oleh para pejabat pemerintahan, maka secara adat mereka telah berjanji untuk Leluhur Lewotana agar tidak melakukan korupsi dan menjalankan kebijakan pembangunan secara merata.
“Jadi kalau ini dilakukan, yang namanya korupsi itu orang pasti akan tidak lakukan lagi. Karena kita telah berkomitmen, bersumpah untuk Leluhur Lewotana,” imbuhnya.
Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday usai mengikuti seremoni adat ini mengatakan, selama ini ritual tuguk gawak hanya disaksikan oleh masyarakat Atadei. Namun kali ini, dunia, terkhusus masyarakat Lembata secara keseluruhan, mampu memetik nilai-nilai luhur yang lahir dari bumi Lepan Batan.
“Banyak nilai luhur yang kita peroleh dari semua rangkaian seremonial adat tadi. Bahwa pemimpin tidak boleh makan sebelum masyarakatnya kenyang. Bahwa pemimpin tidak boleh tidur sebelum masyarakatnya terlelap. Itu pesan moral yang kita tangkap dari ritual Tugul Gawak,” ungkap Thomas.
Dia juga mengajak semua masyarakat Lembata untuk ‘membumi’ bersama budaya, ‘memetik’ nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, selanjutnya mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Event Eksplorasi Budaya 2022 di desa Atakore ini juga diramaikan dengan berbagai pentas seni budaya oleh masyarakat dari desa-desa di Kecamatan Atadei. (Red)