Rote Ndao – Sebuah sikap tidak terpuji yang diduga dilakukan oleh Kepala Desa Tebole, Mesak J. Ndun, terkait pengelolaan keuangan desa.
Sejumlah kegiatan yang tertuang dalam APBDes tidak dikerjakan namun di dalam laporan pertanggungjawaban (LPJ) telah direalisasi mencapai 100 persen, dan anggaran terserap.
Kecurangan tersebut terkuak saat anggota BPD Desa Tebole melakukan monitoring dan evaluasi kinerja pemerintah desa.
Terlebih, saat pembahasan LPJ desa Tebole tahun 2021, selama kurang lebih 3 jam, terungkap LPJ tersebut fiktif. Bantuan ke gereja berupa infokus dan seng tidak dibelanjakan.
“Rencana belanja 1 unit infokus dengan nilai Rp7 juta dari ADD, pengadaan seng got sebanyak 254 lembar dengan nilai Rp19 juta lebih, dan 1 unit meteran listrik seharga Rp3 jutaan untuk gedung TK tidak terealisasi secara fisik namun LPJ sudah 100 persen,” kata Ketua BPD Desa Tebole, Kristofel Saudale.
Selain itu, menurut Ketua BPD, dana PKK Desa Tebole sebesar Rp10.304.500,- diduga dihabiskan tanpa kegiatan rill.
“Dalam LPJ sudah realisasi tetapi sejauh pengamatan kami tidak ada kegiatan PKK yang nampak di masyarakat. Ada beberapa pos anggaran yang kami duga dalam pengelolaan nya masih ada sisa dana namu kami BPD belum bisa dipastikan nilainya karena kami belum melihat kwitansi pembayaran dan nota belanja yang sah,” imbuhnya.
Pihaknya sudah meminta Kepala Desa untuk membelanjakan material yang belum dibeli, namun hingga saat ini tidak ada tindaklanjut, sementara anggarannya sudah tidak ada.
“Kami akan tempuh jalur hukum dan kami akan laporkan ke Kejaksaan Negeri kabupaten Rote Ndao,” tegas Kris.
Kepala Desa Tebole, Mesak J. Ndun, saat dikonfirmasi wartawan, Senin (28/3/2022) enggan memberi penjelasan soal dugaan LPJ Fiktif.
“Terima kasih informasi yang sudah di berikan, tapi saya belum bisa kasih tanggapan. Saya masih di luar daerah, tunggu saja saya pulang dan pasti kita konfirmasi dan kita ketemu di lapangan,” kata Kepala Desa.
Anehnya, Kepala Desa menuding wartawan membuat persoalan runyam. Saat ditanya soal tudingan tersebut, Kepala Desa memberikan jawaban yang terkesan ngelantur.
“Artinya kita sama-sama ini, kita pantas harus ini, tapi kalau dengan keadaan seperti ini kan saya merasa ke runyam jadi tunggu supaya saya pulang ke desa dulu karena saya masih di luar,” ungkap Kades dengan kalimat yang tak beraturan dan sulit dimengerti.