LEMBATA – Warga Desa Waimatan, Kabupaten Lembata, Benedikta Koi yang juga penyintas banjir bandang tahun 2021 lalu hanya bisa mengelus dada, ketika bantuan sosial untuk hunian dari Kementerian Sosial dalam bentuk barang senilai Rp 3 juta tidak kunjung tiba.
Padahal, bantuan ini harusnya telah ia terima tahun 2024 lalu. Ditemui pada Sabtu (01/2/2024), Benedikta mengatakan dirinya hanya mendapat enam buah kursi plastik yang diperkirakan seharga Rp 600 ribu atau tidak mencapai Rp 3 juta.
“Saya minta tempat tidur, lemari, dengan kursi. Kalau masih ada sisa baru beli yang lain seperti beli drom. Tapi yang datang hanya kursi saja,” kata Benedikta yang saat ini tinggal di pemukiman relokasi Tanah Merah.
Setelah lama menanti hingga sisa bantuan tidak kunjung tiba, Benedikta akhirnya memutuskan untuk membeli sendiri lemari yang ia gunakan untuk menyimpan pakaian.
“Lemari akhirnya saya sendiri yang beli karena tunggu terlalu lama,” ungkapnya.
“Lama sekali ini. Kalau mereka (vendor) mau bawa datang ya syukur, kalau tidak mau bagaimana,” lanjutnya.
Hal yang sama juga diungkapkan warga lainnya Delik Watun yang mengaku hanya mendapatkan tiga buah kursi plastik dari total permintaannya seperti springbed, kursi dan beberapa barang lainnya.
Jumlah yang diperkirakan totalnya mencapai Rp 3 juta sesuai jumlah bantuan hunian Kemensos.
“Kursi ini terima tahun lalu. Lalu mereka bilang antar sisanya tapi kami tunggu sampai sekarang tidak tiba. Padahal uang Rp 3 juta itu jadi hak kami para penyintas. Loh kenapa belum ada barang sesuai permintaan itu kami terima,” ujar Delik.
Karena bantuan seperti springbed tidak kunjung tiba sesuai permintaan, Delik mengatakan sang ibu terpaksa tidur di lantai tanpa kasur.
Sementara itu warga lainnya yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa bantuan yang ia terima sebenarnya jauh lebih kecil dari besarnya sumbangan per kepala keluarga (KK) yakni sebesar 3 juta rupiah.
“Adanya juga yang mereka datang foto barang yang dipinjam dari tetangga sebagai bukti, lalu bilang ini kami pakai untuk bukti dulu. Nanti baru barang yang sebenarnya kami bawa datang,” ujar sumber tersebut.
Program Bantuan Hunian dari Kementerian Sosial ini menyasar 700 KK penyintas banjir bandang akibat siklon tropis seroja yang saat ini tinggal di tiga pemukiman relokasi yakni Tanah Merah, Waisesa dan Podu.
Setiap KK mendapatkan bantuan sebesar Rp 3 juta rupiah yang disalurkan melalui Rekening Bank Mandiri. Namun uang ini bisa dicairkan ke pihak vendor, setelah vendor menyerahkan bukti valid tanda terima barang isian hunian atau perabot sesuai permintaan warga.
Sementara itu pihak vendor dari Toko Rejeki dan Surya Mas, Toni Chandra saat dihubungi BentaraNet, mengatakan, sesuai bukti yang mereka laporkan ke Kemensos, semua barang bantuan hunian tersebut telah diserahkan ke masyarakat pemerima manfaat.
Hanya saja ia menyebut, komunikasi dan kerja sama yang tidak baik antara pemerintah desa, pendamping yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Lembata dan pihaknya, menyebabkan masalah ini dihembuskan kembali.
“Terakhir kita serahkan semua dokumen ke Jakarta itu kan dengan bukti foto semua. Jadi saya tidak ada pikiran lagi bahwa masih belum. Masih belum itu kan tidak ada lagi dalam bayangan saya. karena kita kasih ini kan tanda tangan dari penerima manfaat dan barang samua ini kan kita foto,” ujarnya. (Tim/BN)