NAGEKEO – Belasan siswa Sekolah Dasar berbusana adat Nagekeo berdiri membentuk barisan di depan pintu masuk aula Setda Nagekeo, NTT, pagi itu Selasa 6 Mei 2025. Mereka adalah tim penari dalam rangka menyambut Bupati dan Wakil Bupati Nagekeo untuk membuka kegiatan Musrenbang RKPD tahun 2026. Mengenakan kemeja pink seorang ibu guru cantik berhidung mangir sibuk mengarahkan tim penari untuk bersiap-siap.”Ayo-ayo siap-siap sudah” ujarnya sembari mengatur anak didiknya itu.
Dekorasi miniatur gapura dihiasi aneka interior berupa bunga-bunga didominasi warna putih yang berada tepat di depan pintu masuk menyambut undangan seolah membawa pesan romantis ala-ala suasana pesta nikah. Satu per satu tamu undangan yang semuanya merupakan ASN di lingkungan Pemkab Nagekeo itu berdatangan memenuhi kursi kosong yang telah disiapkan.
Di dalam alua susunan kursi dibagi menjadi dua bagian. Ada yang berjejer ada pula yang membentuk lingkaran mengitari meja bundar dibalut kain putih. Sementara di sudut aula seperangkat alat band tengah dimainkan beberapa orang. Alunan musik aneka genre mulai pop, rock, country hingga dangdut mengiringi undangan yang tengah asyik ngopi sambil ngobrol. Suara bising membuat beberapa ASN yang tengah mengobrol tampak memiringkan kepala ke lawan bicara.
“Nanti kami bisa sumbang lagu tidak sebentar?” tanya salah satu jurnalis.
Mengenakan kemeja putih dibalut sarung tenun dengan selendang bermotif adat Nagekeo melingkar di pinggang Nus Bitua tampak sibuk mondar-mandir melayani tamu untuk mengambil minum dan snack kemudian menempati kursi yang disediakan. Nus merupakan salah satu ASN di Bappeda Nagekeo. Pria ganteng berambut lurus itu dengan senyuman khasnya menyambut tamu satu per satu. “Kopi macam tawar ngeri la” keluh salah satu undangan sedikit mengomel.
Hari itu, Pemerintah Kabupaten Nagekeo melalui Beppelitbang menggelar Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) RKPD tahun anggaran 2026. Suasana ruangan berlangsungnya Musrembang didesain sedikit berbeda mirip dekorasi pesta pernikahan. Bappeda juga membayar grup band lokal untuk menghibur tamu undangan, sesuatu yang bagi sebagian undangan dinilai hal yang tidak penting juga tidak relevan untuk kegiatan Pemerintahan.
Ditambah lagi dengan efisiensi anggaran semestinya Pemerintah harus lebih bijak untuk mengeluarkan biaya benar-benar subtansi dengan kepentingan masyarakat.
“Untuk apa dengan band segala supaya apa, masyarakat ada susah dengan efisiensi anggaran ini malah bayar band” sinis salah satu ASN yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Apa yang disampaikan sumber itu sebenarnya sudah diingatkan oleh Bupati dan Wakil Bupati sebelumnya bahwa anggaran yang tidak penting sebaiknya ditiadakan. Bupati mewajibkan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk merasionalisasi pos-pos biaya yang dinilai tidak penting dan mendesak untuk dieksekusi.
Dengan adanya kebijakan efisiensi
anggaran Pemerintah Daerah semestinya lebih bijak mengelola anggaran, apalagi Bappelitbangda yang notabene merupakan dapurnya Pemerintah. Pengeluaran biaya untuk membayar band bukan sesuatu hal yang penting bagi masyarakat.
Pemerintah pusat melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD tentu saja sangat berdampak pada alokasi biaya infrastruktur di daerah.
Pemerintah menargetkan efisiensi sebesar Rp 306,69 triliun, dengan pemangkasan Rp 256,1 triliun pada belanja kementerian dan Rp 50,6 triliun dari transfer ke daerah.
Dampak daripada kebijakan ini, Wakil Bupati Nagekeo Gonzalo Gratianus Muga Sada di beberapa kesempatan blak-blakan soal APBD Nagekeo yang tidak baik-baik saja kondisinya. “Kondisi keuangan APBD Kabupaten Nagekeo sedang tidak baik-baik saja, pemangkasan anggaran infrastruktur hampir kurang lebih 77 miliar,” ujar Muga Sada belum lama ini.( bn/02)