NAGEKEO – Bupati Nagekeo Simplisius Donatus membuka kegiatan Youth Camp MAPAN Tingkat Kabupaten Nagekeo bertempat di Halaman Kantor Desa Waekokak Kecamatan Aesesa, Senin (26/5/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri Anggota DPRD Kabupaten Nagekeo, Mbulang Lukas, Askary Syamsudin, Camat Aesesa Yakobus Laga Kota, Camat Aesesa Selatan Ishak Bebi, Kepala Desa Waekokak Yohanes Anis Sampuraja Tonga, para tokoh masyarakat Desa Waekokak, para fasilitator Youth Camp, orang tua dan undangan lainnya.
Sedangkan peserta kegiatan adalah para Remaja Mapan sebanyak 170 orang dari Kecamatan Aesesa ( Desa Labolewa, Tedamude, Waekokak), Kecamatan Keo Tengah (Desa Ladolima Timur) dan Kecamatan Aesesa Selatan (Desa Tengatiba, Wajomara, dan Langedhawe).
Kegiatan ini bertujuan sebagai
wadah atau sarana bagi remaja untuk menampilkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh lewat serial diskusi modul Memilih Masa Depan. Selain itu, Youth Camp MAPAN juga sebagai ruang bagi remaja untuk menampilkan kreatifitas, bakat dan kemampuan dalam bidang seni dan olah raga serta kemampuan anak remaja lainnya serta mengapresiasi upaya para anak remaja yang telah menyelesaikan serial diskusi modul MAPAN.
Bupati Nagekeo, Simplisius Donatus mengungkapkan Youth Camp MAPAN merupakan bagian dari upaya Yayasan Plan International Indonesia dalam memperjuangkan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan dengan fokus utama pada program seperti CDP, AH-Evacy, HRP, dan Sponsorship. Menurutnya, anak perempuan harus memiliki kendali atas kehidupannya dan memiliki kesempatan untuk mengakses pendidikan dan pekerjaan, serta mampu bersuara dalam pengambilan keputusan di keluarga juga masyarakat dan pemerintahan. “Terutama terkait kesehatan reproduksi dan pernikahan anak,” ungkap Bupati Simplisius saat membuka dengan resmi kegiatan tersebut.
Lanjutnya, Indonesia adalah salah satu dari 10 negara dengan kasus pernikahan anak tertinggi di dunia. Berdasarkan laporan UNICEF tahun 2012, sekitar 17% anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun, dan 41,9% pernikahan pada anak perempuan terjadi di usia 15 hingga 19 tahun. Kondisi ini diperparah oleh berbagai faktor ekonomi dan sosial, seperti ketergantungan ekonomi, praktik pemberian mas kawin, kemiskinan, serta kurangnya akses pendidikan dan layanan kesehatan.
Bupati Simplisius mengatakan berdasarkan Laporan Plan’s Asia Child Marriage Initiative tahun 2015, norma-norma gender yang berlaku di masyarakat menjadi faktor utama pendorong pernikahan anak. “Pernikahan usia anak sering kali dianggap lumrah, bahkan menjadi solusi dari stigma terkait hubungan seksual di luar pernikahan—termasuk kekerasan seksual,” kata Bupati.
“Melalui program Adolescent Sexual and Reproductive Health (ASRH, kita ingin memastikan bahwa anak perempuan dan perempuan muda dapat membuat keputusan yang aman terkait kesehatan reproduksi, mengetahui kapan dan dengan siapa mereka akan menikah, serta melindungi diri dari perilaku berisiko,” ujar Bupati menambahkan.
Lanjut dikatakan, pratek tradisi dan budaya di NTT sering kali mengabaikan hak anak perempuan untuk menentukan masa depannya sendiri, termasuk dalam kepemilikan properti. “Ketika seorang anak perempuan menikah maka secara otomatis haknya atas pengambilan keputusan dialihkan ke keluarga atau suami,” jelas Bupati Simplisius.
Di sebutkan, salah satu faktor penghambat remaja perempuan dalam mengakses informasi ASRH adalah norma budaya dan aturan kesehatan, seperti larangan pemberian alat kontrasepsi bagi pasangan yang belum menikah. Hal ini, mengakibatkan petugas kesehatan tidak dapat membagikan informasi mengenai kesehatan reproduksi, dan remaja perempuan kehilangan akses terhadap pelayanan kesehatan yang benar.
Pemerintah Kabupaten Nagekeo, mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Plan International Indonesia, para orang tua, fasilitator desa, tenaga pendidik, serta semua pihak yang telah bekerja keras dalam membangun masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Nagekeo.
“Mari kita terus berjuang dan bekerja sama demi kesejahteraan generasi muda, agar mereka memiliki kendali atas hidupnya dan masa depannya,” pungkas Bupati Simplisius Donatus.
Sedangkan Pogram Implementasi Area Manager Plan Nagekeo, Kosmas Damianus, mengatakan Youth Camp AMAN merupakan program dengan sasaran utamanya adalah pembentukan karakter anak muda, dimana melalui kegiatan tersebut, memberi ruang bagi remaja untuk menampilkan kreatifitas, bakat dan kemampuan mereka dalam bidang seni dan olahraga serta kemampuan lainnya.
” Hari ini adalah hari puncaknya, anak-anak diwisuda dan mereka adalah angkatan ke-9, “ungkapnya.
Kosmas Damianus juga mengapresiasi para remaja yang telah menyelesaikan serial diskusi modul MAPAN dalam rentan waktu 7 sampai 8 bulan telah mengikuti 69 kali pertemuan dalam serial diskusi. “Mereka didampingi fasilitator membahas misalnya bagaimana mereka dapat mengambil keputusan, bagaimana mereka berinteraksi sosial memasuki dunia kerja, bagaimana mereka menjadi pribadi dan kaum muda yang tangguh dan lain sebagainya” jelas Kosmin.
Mewakili Yayasan Internasional PLAN, Kosmas Damian menyampaikan terima kasih atas dukungan penuh dari pemerintah sampai pada level bawah untuk memastikan anak-anak bisa bertumbuh menjadi generasi yang baik. Secara khusus kepada desa-desa yang sudah mengalokasikan anggaran desanya untuk melaksanakan program MAPAN. “Ada desa yang tahun ini sudah 5 tahun berturut-turut mengalokasikan dana desanya untuk program MAPAN dan paling banyak di Kecamatan Aesesa Selatan ada Desa Langedhawe, Desa Wajomara dan Desa Tengatiba,” katanya.
Mbulang Lukas, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Nagekeo mengapresiasi Yayasan Plan Internasional yang secara konsisten memberikan ruang dan peluang bagi generasi muda untuk belajar, tumbuh dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan khususnya di Nagekeo. Youth Camp merupakan bentuk nyata dari komitmen bersama dalam mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sosial, sadar akan hak dan kewajiban serta siap menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. ” Kami percaya bahwa suara anak muda adalah suara masa depan, ” ujar Lukas.
Kades Waekokak, Yohanes Anis Sampuraja Tonga dalam ungkapan testimoninya mengatakan kehadiran program MAPAN selama 3 tahun berturut-turut di Desa Waekokak telah banyak memberi manfaat dan pengaruh positif khususnya kepada para anak remaja. Ada perbedaan antara anak yang masuk dalam binaan MAPAN dengan yang tidak masuk binaan. “Anak yang ikut binaan akan lebih berani untuk berbicara di depan umum sesudah itu mereka mengerti tentang kesehatan reproduksi, ungkap Kades.
Selesai acara pembukaan dilanjutkan dengan berbagai kegiatan dan perlombaan diantaranya Cerdas Cermat, Pertandingan Bola Kaki dan Bola Volly serta pengumuman juara dan penyerahan sertifikat lomba.
Untuk diketahui, kegiatan ini diawali dengan mengajak remaja-remaja usia 13 sampai 19 tahun baik yang bersekolah maupun yang DO untuk mengikuti kegiatan selama 69 sesi. Kalau dalam rangkaian kegiatan itu biasa dilaksanakan 6 sampai 7 bulan berturut-turut setiap minggu dan di awal kegiatan, Kepala Desa dan Pemerintah Desa mengundang orang tua dari remaja untuk sama-sama menyepakati kegiatan ini berlangsung selama 6 sampai 7 bulan atau selama 69 kali pertemuan.
Mereka didampingi oleh fasilitator. Bagaimana mengenal lingkungan keluarga, mengenali lingkungan desanya, mengenal lingkungan tempat bermainnya, mereka belajar tentang Kesehatan reproduksi, bagaimana mental mereka diasah, bagaimana komitmen prinsip mereka dalam hidup sampai pada akhirnya mereka siap dan berkomitmen untuk memutuskan masa depannya sendiri berdasarkan potensi kepribadian dan karakter mereka.(Prokopim)