Lewoleba – Akting pemain film Maria Dolorosa produksi Langit Jingga Film berhasil menghipnotis penonton yang hadir dalam Laucing Film di Gedung Dekranasda Kabupaten Lembata, Kota Lewolebal pada Kamis (22/12/2022).
Nampak sejumlah penonton yang memadati aula gedung ini hening selama pemutaran film berlangsung. Ketika film ini berakhir, riuh tepuk tangan tanda apresiasi penonton terhadap film, khususnya terhadap pemeran.
Pasalnya, pemeran dalam film ini berhasil memainkan peran dengan baik meskipun sebagian besarnya baru pertama kali terlibat sebagai pemeran dalam film.
Film Maria Dolorosa diperankan oleh Diana Tapaona sebagai Mama Maria Ubas, Djefri Kein Sebagai Alo Gnezer, Letisia Kwaelaga sebagai Diana Tapaona dan Ensi Manuk sebagai mama Rosa.
Salah satu penonton, Oriek Making merasa sangat terpukau ketika menonton film ini. Pasalnya, pemeran dalam film berhasil memainkan peran yang sangat luar biasa.
“Sangat menjiwai karakter yang diperankan. Sangat terlihat dalam setiap adegan antara sosok ayah, ibu dan anak punya feel yang luar biasa,” demikian kesan Oriek.
Lanjutnya, berkat akting pemeran, kita bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu yang tidak akan putus terhadap keluarganya.
Begitupun, kita bisa merasakan bagaimana orang Lamalera memandang alam layaknya seorang Ibu yang memberi kasih terhadap umat manusia.
Film ini berangkat dari kisah hidup keluarga Lamafa, yakin keluarga Alo Genezer Tapaona yang memiliki istri bernama Maria Bare Ubas dan anak bernama Diana Tapoona.
Menariknya dalam film ini, Diana Tapoona ikut bermain peran menjadi Ibunya yaitu Maria Bare Ubas. Diana sendiri sudah terlibat sebagai pemeran dalam beberapa film sebelumnya.
Namun tetap saja film ini menjadi tantangan tersendiri bagi Diana. Pasalnya, kali ini Ia harus berperan menjadi Ibunya yang sudah berpulang ke rumah Tuhan, sejak umurnya baru beranjak tiga tahun.
Diana yang tak pernah mengatahui bagaimana keseharian Ibunya, harus melakukan banyak observasi agar dapat memaksimalkan perannya.
“Saya tanya tentangga, keluarga, bagaimana Mama sehari hari itu bagaimana”, terang Diana.
Diana pun mengsugesti diri menjadi Ibunya dengan modal ingatan masa kecil yang samar-samar terlintas, sembari membanyangkan, Ibunya merupakan sesok perempuan yang sempurna.
Peran Diana yang luar biasa, tidak lepas dari kerja sama kru film yang luar biasa. Ia pun bersyukur saat proses produksi, kru film bisa menciptakan ruang yang aman dan nyaman baginya, ketika ada scan yang sudah melibatkan perasaanya.
“Selama proses saya tu cuma menangis, sedih, jadi saya menghindari scan yang itu (kata-kata terakhir dari Mama-red),” ungkap Diana.
Meskipun demikian, Diana harus tetap bertanggung jawab menyelesaikan proses produksi film ini hingga dapat dilaunching di hari di mana Indonesia mengingatnya sebagai hari pergerakan perempuan.