Lewoleba – Abdul Gafur Sarabiti, salah satu peserta talkshow wirausaha yang digelar Asosiasi Mahasiswa Lembata (AML) di aula Kantor Camat Nubatukan, Lewoleba, Kamis (30/12/2021).
Dalam talkshow yang bertajuk ‘Wirausaha Muda, Katalisator Kemajuan Daerah’ ini, Abdul Gafur menantang Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lembata, Longginus Lega, untuk melindungi pengusaha kecil dan pemula dari hantaman praktik oligarki.
“Coba cek saja, tanah-tanah di dalam kota Lewoleba itu sudah dikuasai oleh kelompok-kelompok pengusaha besar di Lembata. Mereka menguasai perekonomian dari hulu ke hilir. Lalu masyarakat kecil, pengusaha kecil ini bisa apa, bagaimana mau berkembang?” kata Gafur yang juga aktivis Front Mata Mera ini.
Dia menantang Pemda Lembata untuk menekan dominasi oligarki yang notabene menguasai perekonomian di Lembata juga mengawasi praktik-praktik oligarki yang tidak bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup dan marak korupsi.
Menurutnya, salain motivasi masyarakat Lembata yang sangat lemah untuk menjadi wirausaha, praktik-praktik oligarki ini juga justru menghambat tumbuh kembangnya wirausaha di Lembata,
“Oligarki ini menguasai perekonomian di Lembata, di sini lain mereka juga menjadi pelaku utama mangkraknya proyek-proyek pembangunan di Lembata. Kondisi ini sangat menyedihkan, belum lagi masyarakat pribumi kita ini sangat lemah dalam urusan motivasi menjadi wirausaha,” ungkap Gafur.
Di hadapan Direktur PT Lima Satu Merdeka, Mikhael Tan yang didapuk sebagai salah satu pembicara malam itu, Gafur juga menggambarkan secara gamblang bagaimana kaum-kaum oligarki menguasai fasilitas tol laut yang sediakan pemerintah di Pelabuhan Laut Lewoleba.
Menjawab tantangan Gafur, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lembata, Longginus Lega menampik bahwa kaum oligarki sesungguhnya menghambat pertumbuhan ekonomi di Lembata.
Dia bahkan menyebut, pertumbuhan ekonomi di Lembata saat ini justru tumbuh dan berkembang dengan baik justru dari meningkatnya aktifitas dan tingginya mobilitas barang dan jasa di Pelabuhan Laut Lewoleba yang dengan mudah diakses oleh masyarakat.
“Tingkat mobilitas di pelabuhan laut tinggi karena pertumbuhan ekonomi daerah tersebut sangat tinggi. Tol laut ini menjadi peluang yang harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjadi wirausaha. Kita punya kemiri, kopra, mente. Tol laut kita punya muatan paling banyak. Itu artinya pergerakan ekonomi di bawah itu sudah jalan. Siapa yang bilang tidak jalan, sudah jalan,” ungkap Longginus.
Dia memandang bukan saatnya lagi masyarakat fokus pada kompetisi, tapi lebih dari itu kolaborasi antara pengusaha kecil dan besar harus bisa dibangun untuk mewujudkan kesetaraan dan kemajuan bersama pengusaha di Lembata.
“Jadi kalau anda melihat ini sebagai kompetitor, (maka) harus dilawan harus dihajar. Tidak jamannya lagi. Jadi kita harus kolaborasi, yang besar dukung yang kecil agar kita bisa jalan bersama.” ucap Longginus..
“Makanya Presiden (Jokowi) menekankan kolaborasi itu penting. Tidak ada gunanya berkompetisi, tidak ada gunanya dikotomi atau kita membedakan Cina dan pribumi dan lain sebagainya tidak penting,” lanjutnya.
Di samping itu, dia menegaskan tugas penting Pemda Lembata saat ini adalah memberikan ruang kepada masyarakat Lembata untuk bisa sejajar dengan pengusaha-pengusaha yang lainnya.
“Apalagi dalam kasus krisis ekonomi di suatu negara, usaha mikro menjadi katup pengaman perekonomian masyarakat,” pungkasnya.
Selain membedah kinerja Pemerintah Kabupaten Lembata, talkshow kali ini juga memberikan motivasi kepada ratusan peserta yang hadir untuk menjadi wirausaha di Lembata melalui dua pembiacara lainnya yakni Kepala Desa Hadakewa, Klemens Kwaman dan Owner Oma Bue Cafe, Ari Langobelen. (Red)