LEMBATA – Memeringati hari AIDS Sedunia, Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata mengunjungi para tokoh lintas agama pada Senin (01/12/2025). Kunjungan silaturahmi (anjangsana) ini merupakan salah satu upaya pemerintah menggalang dukungan mengurai masalah HIV AIDS di Lembata.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, dr Bernardus Yoseph Beda usai memimpin anjangsana tersebut mengaku optimis bisa mengatasi akar persoalan untuk menekan sebaran kasus HIV/AIDS di Lembata jika melibatkan banyak pihak termasuk para tokoh lintas agama.
“Melihat respon para tokoh agama tadi, kami optimis. Masalah HIV/AIDS ini bisa kita urai bersama. Mungkin tidak bisa kita hilangkan tapi jumlahnya pasti bisa kita tekan dari waktu ke waktu sampai suatu saat nanti tidak ada lagi infeksi baru,” kata dr Bernard didampingi Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Karolus Lemak.
Upaya yang ditempuh ini, lanjut dr Bernard tidak hanya semata pendekatan pada para tokoh lintas agama, tapi juga tokoh adat, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan media massa.
Selain itu ia juga menekankan pentingnya kerjasama lintas sektor sebagai simpul utama pemerintah dalam menyelesaikan persoalan HIV/ AIDS di Lembata. “Kami pemerintah ini sebagai simpul. Semua kita sudah saatnya mengambil peran di sini,” ujarnya.
Satu pekan sebelum puncak kegiatan, semua Puskesmas melaksanakan kegiatan sosialisasi ke masyarakat dalam kelompok kecil seperti rukun tangga dan dasawisma melalui pendekatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
KIE juga menyasar kelompok remaja non formal di semua kecamatan, pemuda gereja Solafide di Kota Lewoleba, dan ibu-ibu Santa Anna di wilayah Paroki Aliuroba, Kedang. Sementara itu KIE oleh Puskesmas Lewoleba juga dilakukan bersamaan dengan skrining HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) terhadap para guru di Pantai Wisata Wulen Luo pada Sabtu (22/11/2025).
Upaya yang ditempuh Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata ini menunjukkan komitmen mereka menekan jumlah kasus HIV/AIDS di Lembata. Di sisi lain, upaya yang ditempuh ini juga menjadi alarm bahwa sebaran kasus HIV/AIDS di Lembata merupakan persoalan yang harus segera diselesaikan.
Penatakelola Layanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV, Darius Baki Akamaking, menjelaskan, sejak 2015 hingga saat ini selalu ada penemuan kasus baru. Hal ini menandakan masih ada sumber penularan potensial yang belum diawasi secara baik.
“Tiap tahun itu kita ada terus. Tahun lalu bahkan sampai 60 kasus. Tahun ini sudah ada 28 kasus per hari ini,” kata Darius.
Ia mengatakan selama 10 tahun terakhir terdapat 364 kasus HIV/AIDS. Dari jumlah ini sebanyak 203 orang di antaranya sedang mengkonsumsi obat ARV secara rutin. “Sedangkan yang lainnya sudah meninggal dan atau putus minum obat (lost to follow up),” katanya.
Untuk diketahui, upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS secara nasional dilakukan dengan tiga tujuan utama. Pertama, mencegah terjadinya infeksi baru. Kedua, mencegah terjadinya kematian yang berhubungan dengan AIDS. Dan ketiga, mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV oleh masyarakat di sekitar.
Di Kabupaten Lembata, upaya ini mulai gencar dilakukan termasuk ajakan kepada para tokoh lintas agama untuk mendukung upaya-upaya tersebut.
Pantauan media ini, para tokoh lintas agama yang dikunjungi antara lain, Pastor Paroki Santa Maria Baneux Lewoleba, Imam Masjid Agung Al-Ikhlas Lewoleba, Pendeta dan Penatua Gereja Kristen Solafide dan Pemangku Agama Hindu Lembata.
Selain itu di wilayah kerja Puskesmas lain juga dilakukan hal yang sama. Beberapa di antaranya adalah Pastor Paroki Aliuroba, Pastor Paroki Waipukang, Pastor Paroki Hadakewa, Pastor Paroki Pada, Pastor Paroki Lamalera dan Imam Masjid Leubatang serta Walangsawah. (BN/001)











