Jakarta – Setelah dilantik pada 17 Oktober 2020 lalu, tidak menunggu lama, Ketua Angkatan Muda Adonara Jakarta (AMA Jakarta), Rovinus Libu Ola mulai menjalankan perannya.
Diawali dengan rapat kerja bersama Badan Pengurus Harian (BPH), melalui Tite Hena sebuah paguyuban Lamaholot di Jakarta, pria yang akrab disapa Rivan ini mencoba mengakses sumbangan sembako untuk dibagikan kepada Anggota AMA Jakarta yang tersebar di wilayah Jabodetabek.
Tidak hanya itu, untuk mengisi kegiatan dan peringatan Hari Sumpah Pemuda, melalui Ketua Bidang Pengembangan Organisasi & Sumber Daya Manusia (Posdam), Florentinus Ola, AMA Jakarta menggagas diskusi terbuka dengan tema ; Peran dan Tantangan Pemuda di Era Milenial.
Diskusi terbuka ini diselenggarkan pada Sabtu (31/10/2020) di Sekretariat AMA Jakarta, Jalan Teluk Betung, Jakarta Pusat.
Diskusi kali ini dimoderatori Ega Lein, dengan dua narasumber yang dihadirkan yakni Ketua Panusa Malang Periode 2013-2014, Alfred Ike dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) Bekasi, Baim Wungubelen.
Alfred Ike dalam pemaparannya mengatakan, di era milenial ini, pemuda dan mahasiswa harus jeli dalam memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh dunia digitalisasi agar dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun kepada masyarakat luas.
Dunia digital menurut Alfred adalah jalan baru menuju kesuksesan jika dimanfaatkan secara baik dan benar. Lebih lanjut, mantan Ketua Panusa Malang ini mengingatkan semua anggota AMA Jakarta untuk tidak terjebak dalam perkembangan teknologi dan bahkan terjerumus menjadi petaka bagi pengguna.
“Dunia digital selalu menawarkan kemudahan bagi semua kita jika dimanfaatkan secara baik dan benar. Namun, jika dunia digital salah dimanfaatkan maka semua kita bisa tersandung masalah atau persoalan yang bahkan mengantar kita ke ranah hukum,” terang Alfred.
Baim Wungubelen, kembali menegaskan bahwa dalam menggunakan media sosial, semua anggota AMA Jakarta harus memilah-milah. Selektif menurutnya menjadi syarat utama agar seseorang bisa terhindar dari hal-hal yang negatif akibat menggunakan media sosial.
“Misalnya, jika kita menggunakan Facebook, maka gunakan dengan memposting pendapat, informasi, dan pengetahuan yang bermanfaat untuk banyak orang. Bukan untuk memfitnah orang atau hal lain yang berpotensi menimbulkan konflik,” terangnya.
Diskusi yang dimulai pada pukul 19.00 WIB ini diikuti oleh lebih kurang 30 Anggota AMA Jakarta. Jalannya diskusi cukup menarik, karena semua anggota terlibat aktif. Bahkan oleh moderator, semua anggota “dipaksa” untuk bicara.
Matias Atlan, mantan Sekjen AMA Jakarta periode 2017/2018 menegaskan bahwa semua audiens harus bisa berpendapat dalam dismusi ini. Menurutnya, jika diskusi dibuat dan audiens yang hadir hanya mendengar, maka diskusi akan menjadi tidak bermanfaat.
“Menurut saya, semua yang hadir, terutama teman-teman anggota baru AMA Jakarta harus bicara agar semua terbiasa dan pada akhirnya kader AMA Jakarta mampu berdialektika,” ungkapnya.
Anggota AMA Jakarta yang terlibat dalam diskusi perdana di masa kepemimpinan Rivan Maran ini didominasi oleh Anggota AMA Jakarta angkatan baru.
“Saya bersyukur bahwa diskusi pertama di masa kepemimpinan saya ini didominasi oleh teman-teman angkatan baru di AMA Jakarta. Dan harapan saya kepada Kabid Posdam, agar ke depan dapat menyelenggarakan diskusi-diskusi lanjutan, dan semua BPH diberikan tugas dan tanggung jawab sebagai narasumber,” harap Rivan.
Di akhir diskusi, perserta yang hadir menyampaikan harapan-harapan yang dapat dilakukan oleh Ketua AMA Jakarta beserta BPH-nya. Khusus diskusi dan kajian ilmiah, mereka berharap busa memberikan sumbangsi terhadap penyelesaian berbagai persoalan di Kabupaten Flores Timur.
Harapan anggota AMA Jakarta ini direspon baik oleh Ketua AMA Jakarta maupun Kabid Posdam. (red)