Kupang – UPTD Museum Nusa Tenggara Timur (NTT) dibawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT menyimpan 10 jenis koleksi. Dari jumlah jenis-jenis itu, benda yang dikoleksi yang disimpan oleh Museum NTT sebanyak 7.451 buah.
Kepala UPTD Museum NTT, Esau K.M. Ledoh, SE., M.Ec.Dev menjelaskan, dengan koleksi sebanyak itu, Museum seharusnya jangan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sebab Museum menyimpan banyak benda yang bisa mengingatkan tentang sejarah masyarakat NTT.
Karena itu, Esau meminta masyarakat terutama kaum milenial untuk menjadi Museum sebagai rumah peradaban budaya NTT. Sekaligus sebagai rumah untuk belajar.
Dirinya menjelaskan, 10 jenis koleksi yang ada di Museum NTT yakni, jenis koleksi geologika sebanyak 16 buah, koleksi biologika sebanyak 143 dan koleksi Etnografika sebanyak 4.952 buah. Selanjutnya ada jenis koleksi arkaelogika sebanyak 244 buah, historika sebanyak 204 buah, koleksi heraldika atau numesmatika sebanyak 843, koleksi filologika sebanyak 35 buah. Ad pula koleksi karamologika sebanyak 755 buah, seni rupa sebanyak 149 dan koleksi jenis teknologika sebanyak 110 buah.
Untuk menjadikan Museum sebagai ruamh peradaban budaya dan rumah belajar, Esau mengatakan, informasi terkait koleksi-koleksi yang ada pada Museum NTT diberikan secara mendetail. Informasi itu pun kini sudah disediakan berbasis website mengikuti perkembangan zaman.
“Kita juga sudah punya website kaitannya dengan Museum NTT sehingga orang mancanegara atau masyarakat luas di Indonesia bisa mendapatkan informasi tentang koleksi benda-benda di Museum NTT,” kata Esau.
Meski demikian, Esau menjelaskan ada informasi-informasi tertentu tidak bisa diberikan melalui website. Namun informasi umum tentang suatu koleksi disediakan pada website.
Keterbukaan informasi ini menunjukkan bahwa Museum NTT pun terbuka untuk siapa saja yang mau berkunjung dan belajar. Informasi-informasi mendetail yang tidak disampaikan melalui website menjadi salah satu cara untuk mengundang masyarakat datang ke Museum NTT. Sebab jika masyarakat berkunjung, maka bisa melihat secara langsung koleksi itu dari dekat, kemudian bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari pengelola Museum NTT.
“Pada saatnya, Museum tidak dipandang, tetapi betul-betul ada kesadaran bahwa generasi-generasi milenial punya tanggung jawab terhadap budaya dan peradaban yang ada,” jelas Esau.
UPTD Museum NTT pun terus melakukan pengkajian tentang motif-motif kain tenun yang ada di NTT. Cerita asal usul kain tenun itu, siapa yang berhak menggunakan kain itu, makna dari motif kain tenun itu menjadi hal yang dikaji oleh Museum NTT.
“Dari 800-an jenis kain di NTT yang kita sudah lakukan pengkajian baru sekitar 20 jenis kain karena terkendala biaya. Kalau biaya memungkinkan itu bisa dilakukan. Kita berharap setiap tahun itu bisa 5-6 jenis kain kita lakukan pengkajian,” ungkapnya.
Hal itu, kata Esau dilakukan untuk menjaga dan merawat warisan budaya NTT melalui narasi yang hampir tidak pernah diketahui banyak orang. Melalui pengkajian yang mendalam, hasilnya akan dilakukan seminar bersama para tokoh masyarakat pemilik motif tenunan dan bersama para akademisi untuk mendapatkan informasi yang valid.
Setalah mendapatkan informasi yang valid, maka akan dilakukan sosialisasi melalui akun media sosial yang dimiliki oleh Museum NTT. Selain itu, informasi berbasis digital pun disediakan melalui website Museum NTT yang baru dilaunching bertepatan dengan hari Museum Nasional 12 Oktober 2021 lalu.
“Sehingga para generasi milenial itu bisa mengerti bahwa kain tenun itu bukan hanya digunakan untuk tutup badan saja, tetapi dia punya makna,” tegas Esau.
Saat ini UPTD Museum NTT sudah mengkaji jenis kain dari Kabupaten TTU, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Ende dan Kabupaten Sumba Timur. Kendati demikian, Esau mengaku masih terkendala biaya untuk melakukan pengkajian lebih lanjut pada jenis kain tenun lain.
Esau berharap, dengan kemudahan akses informasi yang ada, Museum NTT sudah dapat dijadikan rujukan bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke NTT. Sehingga tidak hanya soal keindahan alam yang dinikmati, namun kekayaan budaya NTT pun bisa menarik perhatian wisatawan, baik mancanegara maupun domestik (Red).