Waiwadan – Yaspensel Keuskupan Larantuka kembali melakukan terobosan melatih masyarakat di Pulau Adonara mengolah sorgum jadi pakan ternak. Terobosan ini menambah daftar inovasi Yaspensel dalam pengembangan sorgum baik untuk budidaya, konsumsi dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Selain untuk pakan, sorgum juga diolah menjadi pupuk. Dengan pelatihan ini, Yaspensel Keuskupan Larantuka membuktikan bahwa sorgum merupakan tanaman yang zero waste atau tanaman yang semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Bagian sorgum yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk mulai dari malai sorgum, batang, daun juga dedak sorgum.
Pelatihan ini digelar Yaspensel di Balai Latihan Kerja (BLK) Sariati Waiwadan, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, Sabtu, 23 Oktober 2021. Pelatihan ini didukung dengan kerjasama Yaspensel dan ILO Indonesia dan didanai oleh UN Covid-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UND COVID19 MPTF).
Sebanyak 30 warga dari desa-desa di Kecamatan Adonara terlibat dalam pelatihan pembuatan pupuk dan silase berbahan dasar utama sorgum.
“Ini menunjukkan bahwa kalau kita tanam sorgum, kita tidak hanya dapat biji sorgum untuk makanan manusia. Limbah sorgum juga multi manfaat. Mulai dari batang, daun dan malai sorgum. Ini yang namanya zero waste. Artinya tidak ada sampah, atau tidak ada yang terbuang. Manusianya dapat manfaat, ternaknya juga,” tandas Jery Letor, instruktur Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pakan Ternak berbahan sorgum.
Pantauan media ini, para peserta mulai mengumpulkan limbah sorgum seperti batang, daun, malai serta biji dan dedak sorgum. Semua limbah ini kemudian dicincang untuk dijadikan silase. Campuran ini kemudian dicampur dengan cairan EM4 dan gula cair.
Peserta mengaduk campuran ini di atas selembar terpal. Setelah dicampur rata, bahan ini lantas dimasukan ke dalam wadah gentong dan dipadatkan. Setelah penuh, gentong ditutup dengan plastik mika dan penutup gentong, hingga benar-benar rapat.
“Selama dua minggu ke depan, gentong tidak boleh dibuka. Harus dipastikan tertutup rapat, agar proses fermentasi berjalan bagus. Nanti setelah dua minggu, jadi pada tanggal 7 November kita buka.”
“Setelah itu, silase ini sudah bisa diberikan ke ternak sapi atau kambing. Setelah keluarkan dari gentong, harus dianginkan dulu baru dikasih ke ternak. Lalu gentong ditutup lagi. Dengan silase, kita punya stok pakan ternak bisa bermanfaat dalam waktu yang lebih lama,” terang Jery.
Katarina Bare Uran, salah satu peserta dari Desa Tonuwotan menuturkan, dirinya bersyukur bisa dapat belajar untuk mengolah pakan ternak dari sorgum.
“Kita di rumah piara ternak. Kadang-kadang, pada musim kemarau kita sulit cari makanan. Ini bagus, agar ada stok pakan. Dan ternyata, sorgum banyak manfaatnya. Selama ini kita pikir yang bermanfaat hanya bijinya saja,” tutur Katarina.
Sejak tahun 2014, Yaspensel Keuskupan Larantuka telah mengembangkan budidaya sorgum. Tidak hanya soal budidaya tanaman tetapi juga pengolahan produk pasca panen seperti beras, sereal, tepung hingga gula sorgum.
Produk-produk turunan dari sorgum ini diharapkan bisa membantu peningkatan ekonomi masyarakat. Yaspensel sudah mendampingi masyarakat pada sejumlah wilayah di NTT, khususnya di Kabupaten Flores Timur dan Lembata. ***