Belabaja – Tikungan di ruas jalan segmen kritis setelah Desa Belabaja, Kecamatan Nagawutung menuju Desa Puor, Kecamatan Wulandoni selalu jadi cerita pilu bagi sopir dan penumpang di dua kecamatan ini. Kecelakaan sering terjadi bahkan menyebabkan beberapa korban luka parah.
Kondisi ini telah berlangsung puluhan tahun sejak Lembata menjadi daerah otonomi baru pada 1999 silam. Masyarakat di dua kecamatan ini hanya bisa pasrah dengan jalan ini.
Apalagi setiap hujan turun, struktur jalan dengan tingkat kemiringan yang ekstrim ini berubah menjadi jalur banjir. Para sopir bahkan ibu-ibu yang hendak ke pasar bertaruh nyawa setiap melintasi segmen kritis Belabaja.
Kini, warga dua kecamatan yang sering melintas di jalan ini mulai dapat tersenyum. Di pertengahan musim hujan, harapan warga agar ruas jalan ini diperbaiki mendapat perhatian dari relawan Komunitas Taman Daun pada Jumat, 14 Januari 2022.
Berbekal semangat gemohing atau gotong royong ala orang Lamaholot, relawan bersama warga desa Belabaja mulai mengerjakan perbaikan beberapa segmen kritis jalan, yang selama ini luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten Lembata.
Kolaborasi antara relawan Taman Daun, TNI-Polri dan warga begitu terlihat mulai dari persiapan material hingga pelaksanaan kegiatan perbaikan jalan. Relawan Taman Daun menyiapkan semen dan pasir, sementara warga menyiapkan material lokal berupa batu di sekitar lokasi ini yang dapat dimanfaatkan.
Dalam sehari, dibantu aparat TNI, relawan Taman Daun bersama warga dapat menuntaskan beberapa titik kritis jalan ini.
“Sangat positif dan sangat membantu masyarakat khususnya di wilayah ini karena memang selama ini pembangunan ke arah sini tidak ada, khususnya jalan raya,” kata Fredy Mudaj warga desa Belabaja.
“Jadi dengan adanya partisipasi dari masyarakat juga Taman Daun kami sangat berterimakasih karena memang kegiatan ini sangat membantu masyarakat wilayah di sini. Masyarakat turut membantu dan kegiatan ini sangat positif,” lanjutnya.
Menurut Fredy, masyarakat dengan suka rela mau terlibat langsung untuk membangun ruas jalan ini.
Ibu-ibu, penduduk setempat secara swadaya menyiapkan makanan lokal untuk konsumsi selama pengerjaan jalan ini. Mereka tampak antusias dan dengan senang hati menyiapkan semuanya.
Raut wajah mereka memacarkan rasa gembira dan penuh rasa syukur ketika sebagian ruas jalan yang diperbaiki secara swadaya ini sedikitnnya telah mengurangi potensi kecelakaan yang sering mereka alami.
“Kami sangat bersemangat untuk bersama-sama mengerjakan jalan ini karena setiap kali kami jalan kami jatuh terus dengan motor. Terimakasih banyak untuk Komunitas Taman Daun karena sudah membantu masyarakat kecil,” ungkap salah seorang ibu di sela-sela kegiatan ini.
Mereka mengatakan apa yang dilakukan oleh komunitas Taman Daun, warga dan aparat TNI-Polri ini telah memberikan pesan bahwa pemerintah selama ini kurang memerhatikan ruas jalan ini.
“Ini juga mengingatkan kepada pemerintah supaya segera menangani hal-hal yang seperti ini. Karena pemerintah selama ini tidak pernah menanggapi (keluhan masyarakat tentang) jalan-jalan yang lobang-lobang. Pemerintah tidak melihat kami masyarakat kecil yang sangat menderita,” timpal seorang ibu lainnya.
Koordinator Relawan Komunitas Taman Daun, John S J Batafor mengaku sulit untuk mengungkapkan apa yang dia saksikan saat pengerjaan jalan ini. Masyarakat begitu antusias dengan semangat tinggi terlibat total memperbaiki jalan ini.
“Saya sangat terharu melihat pengorbanan masyarakat. Intinya bahwa kita sukses menghidupkan budaya gemohing atau gotong royong untuk bisa bahagia bersama masyarakat. (Red)