Hurung – Sebanyak 21 peserta tampak antusias mengikuti pelatihan tenun ikat di di Aula Kantor Desa Hurung, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur.
Pelatihan yang digelar Rumah Visi Indonesia (RVI) ini berlangsung selama lima hari sejak Senin (7/11) lalu hingga Sabtu (12/11/2022) mendatang.
Pelatihan ini merupakan upaya RVI untuk melestarikan tenun ikat khas Flores Timur, yang terancam punah karena tidak diteruskan oleh generasi muda.
“Tenun ikat merupakan salah satu khasanah budaya warisan leluhur yang istimewa. Menggunakan kain tenun ikat dalam berbagai upacara adat dan budaya atau kegiatan lainnya mempertegas identitas diri suatu komunitas atau daerah. Karena itu perlu untuk dilestarikan,” kata Anton D Hurung, Direktur RVI dalam rilis yang diterima BentaraNet.
Mengusung gerakan perempuan Lamaholot menenun dalam pelatihan ini RVI selaku inisiator berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui PT. Pos Indonesia (Persero), PT. Pegadaian (Persero), dan PT. Sarinah (Persero).
Anton mengatakan pengrajin dan hasil produksi tenun ikat khususnya di wilayah Adonara Barat masih sangat minim.
Padahal, menurut dia, tingkat kebutuhan kain tenun ikat sangat tinggi di Adonara Barat. Hal tersebut mendorong pihaknya untuk menjembatani upaya pelestarian tentun ikat di wilayah ini.
“Ini adalah gerakan besar kita. Gerakan yang menjadi fokus kita ke depan, setelah kemarin kita fokus pada kegiatan-kegiatan sosial seperti membantu saudara-saudara kita pada saat bencana badai seroja,” ucap Anton.
“Rumah Visi Indonesia juga bukan baru kali ini hadir di Flores Timur. Tetapi sudah beberapa kali hadir dalam spirit Rumah Visi Indonesia sebagai jembatan untuk menghadirkan negara yang bekerja di tengah masyarakat,” lanjutnya.
Dia menuturkan, RVI saat ini juga sedang berencana untuk membangun Rumah Tenun Flores Timur yang digunakan sebagai etalase produk sarung tenun di Kabupaten Flores Timur. Ia memohon doa dan dukungan dari semua elemen agar rencana tersebut dapat terwujud.
Ketua Panitia Pelaksana, Martinus D. Watowuan menyebutkan, tenun ikat adalah manifestasi karya intelektual leluhur. Tenun ikat lahir dari kaum perempuan yang patut dilestarikan oleh generasi penerus sepanjang sejarah perkembangan manusia dari waktu ke waktu.
“Karena itu, kehadiran Rumah Visi Indonesia mengusung semangat Gerakan Perempuan Lamaholot Menenun berupa pelatihan tenun ikat merupakan alternatif logis, pilihan realistis dalam meningkatkan produktivitas yang berbuntut pada peningkatan ekonomi keluarga, terutama upaya melestarikan salah satu khasana budaya yang istimewa ini,” ujar dia.
Perwakilan PT. Pos Indonesia (Persero), Elisabeth Rosa Lili berharap agar pelatihan tersebut dapat mendorong pengembangan ekonomi lokal berbasis kemandirian masyarakat.
“Harapan kami, dengan pelatihan ini masyarakat dengan sendirinya untuk mampu mengembangkan ekonomi lokal berbasis kemandirian masyarakat,” kata dia.
Dikatakannya, PT. Pos Indonesia hadir untuk negeri, untuk mendukung pemerintah sebagai tulang punggung logistik nasional.
“Artinya pengiriman surat, dokumen, dan barang apapun ke seluruh nusantara, bahkan seantero dunia termasuk kain tenun yang akan dihasilkan oleh ibu-ibu di tempat ini,” imbuh Rosa.
Kegiatan tersebut menghadirkan dua instruktur atau pelatih, Ria Atasoge bersama Paskalia Narek, dan 21 peserta dari beberapa desa di wilayah Kecamatan Adonara Barat, yakni Ilepati, Riangpadu, Hurung, Pajinian, Kimakamak dan Bugalima.
Saat acara pembukaan hadir pula Pembina RVI Anton Doni Dihen, para Kepala Desa, BPD, Babinkamtibmas, dan tokoh masyarakat.