Lewoleba – Pelaksanaan vaksinasi booster di Kabupaten Lembata masih jauh dari harapan. Pasalnya, syarat sebuah daerah dapat melaksanakan vaksinasi booster COVID-19 adalah vaksin dosis kedua harus sudah mencapai 60% dan dosis pertama sebesar 70%.
Namun sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Lembata baru mencapai 39,39 % vaksinasi COVID-19 dosis kedua. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Gabriel Bala Warat pada Senin (31/1/2021).
Selain keterbatasan tenaga vaskinator, percepatan vaksinasi COVID-19 dosis dua harus berbagi waktu dengan vaksinasi COVID-19 untuk anak-anak yang sudah diluncurkan pada 21 Januari lalu.
“Tenaga vaksinator kita terbatas. Karena mereka sedang fokus untuk dosis dua tetapi juga mereka harus mengejar dosis vaksinasi untuk anak,” kata Gabriel.
Di sisi lain, sesuai perintah Presiden Jokowi, vaskinasi booster harus sudah dilakukan sejak 12 Januari lalu. “Mestinya kan kita lakukan vaksinasi booster untuk menangkal (COVID-19 varian) Omicron dengan syarat minimal dosis dua itu harus 60 %,” ungkap Gabriel.
Gabriel menjelaskan, pelaksanaan vaksinasi untuk anak-anak dalam waktu yang bersamaan ini menyebabkan pergerakan vaksinasi dosis kedua berjalan dengan lambat.
“Kalau kita mau fokus maka kita dorong dulu itu dosis dua baru kita vaksinasi anak. Tapi karena hasil rapat Forkopimda kita launching dan sekaligus jalan dua-duanya tetapi tentu progresnya tidak teralu cepat kalau dua pekerjaan kita laksanakan dalam satu waktu,” ungkapnya.
“Memang kalau tanpa kita fokus pada vaksin anak, pergerakan kita setiap hari bisa 2%. Kita bisa dapat sekitar 2.000 orang yang kita berikan vaksinasi dosis dua setiap hari,” pungkasnya.
Dilansir hellosehat.com, vaksin booster COVID-19 adalah dosis vaksinasi ketiga yang bertujuan untuk memperkuat dosis vaksinasi yang telah diberikan sebelumnya.
Tak hanya untuk COVID-19, pemberian booster ini banyak diberikan dalam vaksinasi beberapa jenis penyakit, seperti flu dan tetanus.
Dalam beberapa tipe vaksinasi, pemberian dosis kecil dalam beberapa kali dinilai lebih efektif dibanding dengan memberikan dosis besar dalam satu waktu. Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat sistem imun tubuh secara berkelanjutan.
Meski kebanyakan vaksin booster memiliki kandungan yang sama dengan dosis vaksin sebelumnya, ada juga yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk meningkatkan kinerjanya.
Tergantung pada apa jenis vaksinnya, sebagian orang mungkin perlu mendapatkan booster beberapa minggu, bulan, atau tahun setelah pertama kali mendapatkan vaksinasi.
Efek samping vaksin booster COVID-19 menurut studi
Sebuah studi terbaru dari Centers for Disease Control (CDC) mengungkapkan apa saja efek samping yang timbul dari vaksin booster COVID-19. Secara garis besar, efek yang muncul tidak berbeda jauh dengan efek samping dari vaksin dosis kedua.
Studi tersebut meneliti data dari 22.191 penerima vaksin booster. Dari seluruh penerima, sekitar 32% melaporkan adanya efek samping, dan 28% di antaranya tidak mampu menjalani aktivitas dengan normal di hari vaksinasi.
Berikut adalah sederet efek samping dari vaksin booster yang dirangkum oleh CDC.
- Nyeri di area suntikan dirasakan 71%
- Kelelahan sekitar 56%
- Sakit kepala sekitar 43,4%
- Sekitar 2% membutuhkan perawatan medis
- Sebanyak 13 orang dirawat di rumah sakit
Secara keseluruhan, dosis ketiga atau vaksin booster dinilai aman. Sebagian besar orang mengalami efek samping yang masih bisa ditoleransi. (Red)