Petuntawa – Langit di atas Desa Petuntawa dan Desa Kolontobo, Kecamatan Ile Ape, Lembata siang itu, Jumat (12/11/2021) tampak cerah, meskipun mendung tipis terus membayangi kawasan yang mengelilingi Ile Lewotolok itu. Sekelompok orang, beberapa diantaranya mengenakan baju berwarna kuning, baru saja tiba di sebuah lahan kebun milik Kelompok Tani Petun Ebang itu untuk bertemu dengan para petani yang pekan-pekan ini sedang bersiap menanam.
Kunjungan pejabat ke kebun, bukan lagi hal yang istimewa dimasa seperti sekarang ini. Tetapi, jika yang datang adalah seorang anggota DPR RI, tentu tidak banyak dijumpai. Apalagi, rakyat di kawasan ini belum banyak yang berjumpa langsung dengannya. Mereka hanya mengetahui namanya dari media dan hasil upaya tangannya untuk membantu rakyat melalui pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya.
“Pak Mekeng punya nama kami sudah dengar, sudah lama ini. Dia punya bantuan selama Covid dan bencana gunung meletus dan banjir kemarin juga kami sudah terima semua. Tapi dia yang macam bagaimana satu, kami belum tau. Belum lihat dia punya muka. Baru kemarin itu yang kami bisa lihat dia dari dekat,” ungkap Yohanes, seorang petani dari Ile Ape.
Ya, sejumlah orang yang turun langsung ke kebun itu adalah rombongan Melchias Markus Mekeng atau lebih akrab disapa Pak Mekeng. Siang itu, ia tampak santai dengan mengenakan baju kaos oblong dan topi berwarna kuning, didampingi Bupati Lembata Thomas Ola Langoday dan sejumlah pimpinan Partai Golkar Kabupaten Lembata, serta sejumlah pejabat di lingkup Pemkab Lembata.
Ikut juga mendampingi, sejumlah pengurus Koperasi Ankara yang dipimpin oleh Yosep Kia Warat atau Yongki Warat. Pasalnya, kebun yang dikunjungi ini adalah milik salah seorang anggota koperasi kredit yang lebih dari 10 tahun silam pernah tercatat sebagai koperasi kelas atas se Indonesia dan mendapatkan penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketika itu.
“Di kebun ini, akan ditanami tanaman jagung hibrida, bagian dari program KSP Kopdit Ankara yang telah mencanangkan penanaman jenis tanaman ini diatas 1.000 hektar lahan,” ungkap Warat.
Lembata, khususnya Ile Ape memiliki lahan perkebunan yang lumayan luas. Salah satunya adalah lahan datar yang membentang dari Tanjung hingga perbatasan dengan kecamatan tetangga, Nubatukan. Saban musim hujan, petani disana tidak alpa untuk menanam palawija, khususnya jenis kacang kacangan dan jagung. Pasalnya, kawasan ini memang cocok untuk jenis tanaman itu.
Pesta Kacang adalah sebuah event tahunan yang datang dari kawasan ini. Pun, di Kota Lewoleba, para penjual jagung titi yang sering mangkal di jalan masuk ke Pasar Senja atau lebih dikenal dengan Pasar TPI, adalah ina-ina dari Ile Ape. Entahlah, apakah bahan baku jagung yang mereka titi datang dari kebun sendiri atau dibeli dari pasar, tetapi pendek kata, mereka sangat akrab dengan kacang dan jagung dan itu menjadi salah satu sumber penghasilan mereka.
Para petani di Lembata, khususnya Ile Ape sangat antusias dengan program penanaman jagung hibrida yang merupakan terobosan dari Kopdit Ankara. Ini menjadi program agro terbesar pertama kali di Lembata, dan didorong oleh sektor swasta dengan dukungan dari institusi perbankan nasional.
“Kita ini ada di kebun yang dikerjasamakan antara BNI dan Koperasi Ankara. Ini satu terobosan yang sangat baik, untuk memberdayakan masyarakat yang terdampak Covid. Saya mengucapkan apresiasi dan terima kasih untuk Dirut BNI yang mau bekerjasama dengan koperasi, untuk memberdayakan masyarakat di Kabupaten Lembata,” ungkap Mekeng dihadapan Bupati Lembata yang bersama dengan perwakilan dari BNI, berdiri mengapitnya.
Mekeng adalah anggota DPR RI, putera asal Sikka yang datang dari daerah pemilihan NTT – 1 yang mencakup wilayah Kabupaten Lembata. Di Senayan, ia menjadi langganan Komisi XI, komisi yang membidangi sektor keuangan dan perbankan. Ia bahkan pernah menjadi pimpinan komisi itu diperiode sebelumnya.
“Ini bukan kali pertama Pak Mekeng mengajak pihak perbankan nasional untuk turun membantu masyarakat Lembata. Beberapa bulan lalu dalam tahun ini pun, BNI telah turun ke Lembata untuk membantu korban bencana dan ini berkat campur tangan beliau,” ungkap Yongki Warat lagi.
Dalam sambutannya menyusul sambutan Mekeng, Warat mengucapkan apresiasi terhadap kunjungan itu. Ia juga menegaskan bahwa program penanaman jagung hibrida yang dicanangkan oleh Kopdit Ankara ini sungguh sejalan dengan apa yang digariskan dari pemerintah pusat untuk mengaktifkan perekonomian masyarakat yang mati suri akibat pandemi Covid-19.
“Sektor riil harus digerakkan dan hari ini BNI bersama dengan Kopdit Ankara berkolaborasi menggerakkan ekonomi rakyat melalui gerakan penanaman jagung ini. Dan Ankara bersama BNI akan menyiapkan bibit, menyiapkan pupuk dan operasional awal. Nanti hasil panennya akan ditimbang oleh Ankara dengan harga standard pasar,” ungkapnya.
Jagung adalah tanaman yang sudah menjadi bagian kehidupan warga Lembata, bahkan Nusa Tenggara Timur umumnya. Jenis tanaman ini mudah tumbuh di wilayah ini, bahkan menjadi makanan pokok masyarakat di wilayah ini. Sayangnya, pengembangan tanaman jagung berskala besar tidak pernah dilakukan sebelum-sebelumnya.
Padahal, jika menilik pada dinamika harga jagung di pasar, tahun-tahun kemarin hingga hari ini menjadi ‘panen’ bagi petani jagung karena harga yang sangat bagus. Harga per kg jagung pipil, akhir tahun 2020 hingga pertengahan 2021 sempat tembus melampaui angka Rp5.500 per kg, padahal angka acuan pemerintah adalah Rp3.150 per kg.
Ketua Dewan Jagung Nasional, Tony J. Kristianto (25/7/2021) menyatakan kenaikan harga yang tinggi ini disebabkan oleh produksi jagung dari para petani yang tidak maksimal. Penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi dan durasi musim hujan yang panjang sehingga pananaman dan panen jagung kurang berhasil.
“Itu sebabnya terjadi kekurangan produksi dan tampaknya ini sudah diprediksi oleh pabrik-pabrik pakan ternak besar sehingga selama ini mereka terus memborong jagung,” kata Tony.
Aksi memborong jagung itu demi mengamankan kebutuhan jagung mereka hingga musim panen raya kedua pada Oktober. Sementara, bagi perusahaan perunggasan terintegrasi kebanyakan sudah memiliki kontrak tersendiri demi menjaga keberlanjutan ketersediaan bahan baku pakan.
Situasi saat ini berdampak negatif pada peternak-peternak unggas mandiri. Mereka juga membutuhkan jagung untuk kebutuhan pakan tapi tidak memiliki daya tawar untuk bisa mengamankan pasokan jagung.
“Peternak mandiri yang kalang kabut. Selain dipukul harga jagung dan pakan yang tinggi, harga ayam hasil produksinya juga tidak naik-naik karena konsumsi sedang melemah,” ujar dia.
Menilik dari apa yang disampaikan oleh Tony diatas, langkah Kopdit Ankara yang bertekad menanami 1.000 hektar lahan dengan jagung hibrida ini adalah sebuah gebrakan besar. Apalagi jika merujuk pada prediksi BMKG yang menyebutkan bahwa tingkat curah hujan pda tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun lalu. Itu berarti tingkat produksi jagung dari para petani pun tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya.
“Ini menjadi peluang yang sangat baik bagi kita dan kami merasa mendapatkan dukungan penuh dari Pak Mekeng yang mendorong BNI untuk berkolaborasi dengan kami, untuk membantu petani anggota kami dan masyarakat Lembata secara luas. Terima kasih Pak Mekeng dan BNI,” tutup Yongki Warat. (FL)