Horowura – Debit mata air Wai Mawu yang berada di wilayah Desa Hoko Horowura, Kecamatan Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur, ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kecamatan Ile Boleng.
Padahal, setelah survei dan penyerahan secara seremonial oleh masyarakat adat dua desa yakni Hoko Horowura dan Horowura, pemerintah Kabupaten Flores timur saat ini telah mengerjakan sebagian proyek dengan nomenklatur SPAM IKK Helan Langowuyo ini.
Masyarakat Desa Horowura menduga debit air ini gagal survei oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Flores Timur.
“Ini yang salah. Bagaimana mungkin proyek sudah jalan baru debit mata air ternyata kita tahu kecil. Berarti survei bapak-bapak (Dinas PU Flores Timur) ini dipertanyakan,” kata Lambertus Ola Rapok, warga Desa Horowura, saat dialog bersama Kepala Dinas PU Kabupaten Flores Timur bersama staf dan PPK Proyek Air SPAM IKK Helan Langowuyo di Balai Desa Horowura, Jumat (10/9/2021).
Proyek ini menelan anggaran sebesar Rp 9 miliar lebih yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2021.
Dengan debit mata air Wai Mawu sebesar 2 liter per detik, proyek ini pun terancam gagal karena tidak mampu memenuhi kebutuhan air masyarakat di Kecamatan Ile Boleng.
Berdasarkan kajian Dinas PU Kabupaten Flores Timur, agar cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Ile Boleng, maka debit air yang dibutuhkan sebesar 4 liter per detik.
Kepala Dinas PU Kabupaten Flores Timur, Dominikus Demong, mengatakan, penambahan debit dari aliran air Wai Bele yang melintasi sungai yang membentang dari Desa Hoko Horowura, Horowura menuju Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur dan pemanfaatan mata air Wai Geka menjadi opsi untuk mengatasi kekurangan ini.
Dari survei yang telah dilakukan, debit aliran air Wai Belen 9 liter per detik menjelang puncak musim kemarau akan diambil 4 liter per detik.
“Menurut perhitungan konsultan perencana debit 4 liter per detik ini sudah bisa memenuhi kebutuhan air masyarakat Ile Boleng,” kata Dominikus Demong.
Sementara mata air Wai Geka sebesar 2,2 liter per detik akan diambil 1 liter per detik.
Masyarakat Horowura Menolak
Meski demikian opsi untuk memanfaatkan mata air Wai Belen dan Wai Geka ini mendapat penolakan yang keras dari masyarakat di wilayah Horowura. Pasalnya, dua sumber mata air ini selama ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pertanian masyarakat di wilayah ini.
Apalagi penyerahan secara seremonial beberapa waktu lalu oleh masyarakat Hoko Horowura dan Horowura hanya berlaku untuk mata air Wai Mawu, yang menurut pihak Dinas Pekerjaan Umum cukup untuk memenuhi kebutuhan SPAM IKK Helan Langowuyo.
“Kami serahkan mata air Wai Mawu itu kan berdasarkan survei dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Flores Timur. Sekarang kalau aliran air Wai Belen dan Wai Geka juga kalian ambil, lalu bagaimana dengan masyarakat petani yang lahan perkebunanan dan pertaniannya membentang dari wilayah Horowura sampai Waiwerang? Itu membunuh petani yang ada di sini,” kata Mirus Atulolon, warga Desa Horowura.
Mirus mengatakan, pemerintah harusnya punya survei yang meyakinkan untuk menentukan sebuah proyek sehingga tidak merugikan masyarakat yang sudah menyerahkan mata air tersebut. Untuk diketahui debit aliran air Wai Belen dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan akibat perubahan iklim.
Tidak hanya itu, setiap tahun, aliran air ini mengering selama dua bulan dari hilir menuju hulu dengan panjang aliran terdampak mencapai kurang lebih 5 KM dari muara sungai, Waiwerang menuju wilayah Horowura.
“Apalagi dengan bencana banjir bandang kemarin, semua pohon-pohon di daerah aliran sungai ini telah mengering yang menyebabkan proses penguapan semakin besar maka debit aliran air ini terancam makin kecil. Kasihan kami masyarakat petani di sekitar sini yang memanfaatkan aliran air ini,” kata Mirus.
“Bukan kita tidak memikirkan saudara-saudara kita di Ile Boleng, tapi pemerintah harusnya sudah meyakinkan masyarakat dengan survei mata air Wai Mawu yang sudah kami serahkan beberapa waktu lalu. Tapi kelihatannya survei ini gagal, debit mata air Wai Mawu tidak seperti yang kita harapkan lalu proyek ini sudah jalan. Ini ibarat air sudah di batang leher baru kita mulai kelabakan,” lanjutnya.
Meski demikian, Pihak Dinas PU tetap meyakinkan masyarakat pada pertemuan tersebut bahwa pemanfaatkan aliran air Wai Belen tidak akan merugikan masyarakat setempat. Pemerintah juga berjanji akan menyediakan beberapa fiber tank untuk mengalirkan air bagi masyarakat petani yang memanfaatkan aliran air Wai Belen.
Sebelumnya pemerintah Kabupaten Flores Timur telah gagal dalam proyek SPAM IKK Ile Boleng untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Ile Boleng. Proyek SPAM IKK Ile Boleng bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) tahun anggaran 2018 sebesar Rp 13 miliar.
Gagalnya proyek ini berujung pada masalah hukum dengan keputusan akhir tiga terdakwa yakni PPK, Yohanis Juan Ferandes, Konsultan Perencana, Yohakin Yuvenalis B Siola dan Kontraktor Pelaksana, Petrus Sabon Ama Dosi masing-masing divonis 8 tahun penjara. Proyek gagal ini menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 1.528.040.739. (Red)
Kesimpulan menjadi Jelas bahwa semua kegagalan proyek ini karena PERENCANAAN YANG TUDAK JELAS DAN KOMPREHENSIP DARI DINAS PEKERJAAN UMUM KAB FLORES TIMUR.