Ile Kerbau – Pemerintah Desa Ile Kerbau, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ama Baka, saat ini tengah mengembangkan usaha kopi yang diberi merk Kopi Bakan. Sesuai dengan namanya, kopi ini merupakan kopi asli khas lembah Bakan yang berada di wilayah pegunungan Atadei.
Kopi dalam kemasan dengan berat bersih 115 gram ini memiliki cita rasa yang unik. “Aromanya sangat nikmat, saya suka,” kata Riko Wawo, wartawan Pos Kupang saat pertama kali menyeruput Kopi Bakan di rumah salah satu warga di Desa Ile Kerbau, Kamis (15/10/2020).
Riko bersama beberapa wartawan lainnya saat itu berkesempatan mengunjungi Bumdes Ama Baka tepatnya di Kantor Desa Ile Kerbau.
Di dalam kantor desa, terdapat satu etalase tempat Kopi Bakan dalam kemasan ini dipajang. Harga yang dipatok pun tidak terlalu mahal. Hanya Rp 15 ribu per bungkus. Sejak diproduksi perdana pada bulan Agustus 2020 lalu, Kopi Bakan telah terjual sebanyak 400 bungkus.
“Sebagian kami pasarkan di Lembata tapi ada beberapa juga yang kami jual ke luar negeri, ke Roma lewat salah saru jaringan kami,” kata Kristoforus Wuwur, pengelola Bumdes Ama Baka kepada wartawan.
Saat ini sudah beberapa reseller di Kota Lewoleba yang bersedia memasarkan Kopi Bakan secara online.
Menurut Wuwur, selain keaslian rasa, proses sangrai juga memiliki pengaruh terhadap cita rasa Kopi Bakan. Saat ini mereka masih menggunakan alat sangrai sederhana.
Namun dirinya optimis Kopi Bakan tetap diminati banyak pencinta kopi.
“Untuk sementara kita masih dalam proses pengembangan karena kita kan untuk alat produksi masih manual. Tapi saya yakin kedepannya pasti lebih dari ini,” kata lulusan Teknik Kimia Universitas Kristen Paulus Makasar tahun 2017 ini.
Dapat Mendatangkan PADes & Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Saat ini tantangan terbesar yang dihadapi pengelola Bumdes Ama Baka adalah bagaimana meyakinkan petani kopi di Bakan, terkait potensi yang ada. Pihak Bumdes sendiri membeli kopi dari petani seharga Rp 40 ribu per kilogram.
Harga ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga kopi di pasaran yakni Rp 35-40 ribu per kilogram. Sayangnya, suplai kopi sebagai bahan baku dari petani saat ini masih kurang.
“Tantangan utama itu adalah dukungan masyarakat tetapi kita bisa mengatasi itu. Kita mau tidak mau harus dari pemerintah desa kerja sama ke Bumdes untuk mengubah pola pikir masyarakat bahwa ke depannya akan ada kesejaheraan dari kopi ini,” imbuhnya.
Kristoforus optimis, jika usaha kopi ini dikembangkan tentu akan membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan petani kopi setempat. Memiliki suhu udara yang dingin dan sejuk menjadikan lembah Bakan sejak dulu terkenal sebagai daerah penghasil kopi.
Penjabat Kepala Desa Ile Kerbau, Petrus Laba mengatakan, saat ini mereka masih mengalami keterbatasan pasokan bahan baku untuk produksi dalam skala besar. Oleh karena itu, pada tahap pertama pihaknya akan mengalokasikan sejumlah anggaran pada tahun 2021 untuk membeli bibit kopi.
Bibit kopi ini nantinya akan dibagikan ke petani kopi yang produktif dan juga akan ditanam di lahan milik desa seluas 1 hektar.
“Pada tahun 2021 kami anggarkan untuk budidaya tanaman kopi. Karena itu bahan baku. Kita akan data keluarga produktif nanti per keluarga berapa pohon nanti kita rangsang juga untuk perawatan,” tutur Petrus.
Petrus optimis usaha Kopi Bakan ini bakal mendatangkan Pendapatan Asli Desa (PADes) yang besar bagi Desa Ile Kerbau. Hal ini dapat diwujudkan jika desa Ile Kerbau telah siap dari segi jumlah pasokan bahan baku dan mesin produksi.
“Kalau melihat ini yang jelas pasti ada potensi untuk mendatangkan PAD untuk Desa Ile Kerbau, pungkasnya. (Red)
Kira-kira suplai kopi jenis apa yaa dari petani???
Apakah jenis arabica atau robusta???