Jakarta – Jurnalis senior di Jakarta asal Nusa Tenggara Timur, Ferdinand Lamak, mengatakan, hingga saat ini dia menemukan masih ada kontradiksi antara kesadaran orang muda untuk membekali diri dengan ilmu atau skill bagaimana menulis yang baik di era digital.
Padahal menurutnya, jurnalistik memiliki keterkaitan yang kuat dengan pergerakan orang muda di era digital. Orang muda terutama yang saat ini hidupnya di era digital, siapa pun, dia tidak akan terlepas dari kebutuhan untuk menulis.
Hal ini dikatakan Ferdinand saat dirinya menjadi narasumber dalam kegiatan Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan Angkatan Muda Adonara Jakarta (AMA Jakarta) pada Rabu (14/11/2020) di Sekretariat AMA Jakarta, Jalan Teluk Betung No 23, Jakarta Pusat.
“Padahal, pengertian atau pemahaman simpel tentang jurnalistik adalah dimana menulis sesuatu secara runut, secara sistematis dan ketika orang membaca dapat menangkap pesan itu dengan clear,” kata CEO majalah The Billionaire yang juga pegiat media sosial ini.
Wartawan senior dunia properti ini mengatakan, kemauan untuk belajar menjadi kendala kenapa orang muda saat ini memiliki kemampuan yang sangat lemah dalam menulis dengan baik dan benar. Kedekatan orang muda dengan gadget sebetulnya manjadi modal utama atau keuntungan yang luar biasa bagi orang muda untuk belajar menulis dengan baik.
“Tinggal saja bagaimana kita terus menerus mendorong mereka untuk menghadirkan ikon mereka yang sukses di dunia tulis menulis dan memahaminya,” imbuh Ferdinand yang juga Ketua Bidang Teknologi Informasi, Ikatan Keluarga Besar (IKB) Titehena Jabodetabek ini.
Dia juga terus memotivasi anggota AMA Jakarta agar terus belajar menulis bahkan sesering mungkin mengikuti kegiatan pelatihan jurnalistik. Menurutnya, sebuah produk jurnalistik juga tidak hanya sekedar hasil tulisan tetapi juga seseorang perlu tahu bagaimana teknik wawancara, menghubungkan data di lapangan, lalu meramunya menjadi sebuah tulisan yang konstruktif.
“Selagi saya dan teman-teman lain yang juga dari Adonara berada di sini maka kalian punya ruang yang luas untuk mengembangkan potensi. Tidak hanya sekedar menulis tapi juga belajar bagaimana teknik mewawancarai orang, bagaimana menghubungkan data di lapangan, lalu meramunya menjadi sebuah tulisan yang konstruktif,” pungkasnya.
Kegiatan ini dilaksanakan setelah sebelumnya AMA Jakarta juga mengadakan diskusi terbuka pada Sabtu (31/10) lalu. Kegiatan yang dipandu Sesilia Surat dan dihadiri 30 anggota AMA Jakarta ini tampak berlangsung begitu dinamis.
Ketua AMA Jakarta, Rovinus Libu Ola mengatakan, Pelatihan Purnalistik ini dilakukan semata-mata untuk mendorong anggota AMA Jakarta agar lebih aktif menulis dan menghadirkan produk-produk jurnalistik yang bermutu. Dia juga melihat adanya kelemahan dalam tubuh AMA Jakarta dalam urusan publikasi kegiatan.
“Ada titik lemah di tubuh AMA Jakarta dalam hal ini jurnalistik dalam proses publikasi di media. Agak lemah. Sehingga mendorong saya dengan teman-teman BPH untuk bagaimana bisa menarik teman-teman anggota untuk bisa bergelut dalam bidang jurnalistik itu sendiri,” ungkap pria yang akrab disapa Rivan Maran ini.
Dia memastikan bahwa Pelatihan Jurnalistik menjadi agenda rutin AMA Jakarta selama kepemimpinannya dan akan terus dilanjutkan ke depan. “Proses pertama ini menjadi dasar untuk teman-teman anggota untuk bagaimana bisa di kemudian hari akan diadakan kembali pelatihan jurnalistik,” lanjut Rivan. (Red)