Matahari sudah condong ke arah Barat ketika kami memasuki jalan sertu menuju Desa Falas. Desa yang berada di wilayah Kecamatan Kie, Kabupaten TTS, terletak di atas daerah perbukitan.
Sesekali saya harus memperbaiki posisi duduk saya. Kondisi jalan pengerasan itu sudah mulai rusak akibat ketiadaan selokan sepanjang jalan. Pada beberapa ruas jalan, pengerasan saja tidak cukup. Ruas-ruas jalan yang terjal harus diberi konstruksi rabat beton.
Jalan di desa ini, seperti jalan pengerasan kebanyakan. Kendaraan – khususnya roda dua – tidak bisa berjalan di jalurnya saja. Terkadang, kendaraan harus berbelok ke jalur yang berlawan. Itu dilakukan semata-mata untuk menghindari jalan rusak pada jalur yang dilalui. Namun kondisi itu sudah biasa bagi orang desa dan mereka saling memahami.
Sekitar 40 menit perjalanan, kami lalu tiba di Desa Falas. Di sebuah pekarangan rumah, dua buah mobil terparkir di sana. Kami lalu bergegas memarkirkan sepeda motor itu dan segera menuju sebuah rumah yang tak jauh dari tempat itu.
Di sana sudah ada anggota DPRD Kabupaten TTS, Pitterzius I. Kefi dari Fraksi PDI-P, puluhan orang tua serta pendeta Niko Asbanu. Kami disambut para orang tua lalu dipersilahkan duduk bersama.
Sambil disuguhi sirih pinang – sebuah tradisi khas penyambutan tamu oleh orang Timor – saya melihat beberapa pohon yang tumbuh di kiri kanan rumah itu ditanami sirih. Tampak subur dan buahnya kelihatan segar. Saya berpikir, daerah ini selain subur, untuk mendapatkan air bersih pun pastinya tidak sulit.
Selang beberapa menit, kegiatan pun dimulai. Sore itu, Piter, sapaan akrab anggota Komisi III DPRD TTS itu melakukan reses di Desa Falas. Piter pun memperkenalkan diri sebagai salah satu anak muda yang berhasil berhasil lolos ke DPRD dari dapil IV. Piter menjelaskan tujuan kehadirannya di desa itu.
Piter mengaku, niat kehadirannya untuk mendengarkan apa kebutuhan masyarakat yang telah mengutusnya sebagai penyambung lidah suara-suara akar rumput. Di saat yang bersamaan, pembicaraan Piter terhenti. Seorang warga secara spontan menyampaikan selama ini tidak pernah ada kegiatan reses di desa itu.
“Masa kampanye itu banyak yang datang. Setelah itu semua hilang. Tidak ada yang muncul,” kata warga itu di sela-sela pembicaraan Piter.
Dengan senyum yang terukir di wajahnya, Piter menatap masyarakat yang hadir lalu dengan tegas menyampaikan niatnya saat menjadi calon legislatif, hingga Tuhan mengizinkannya untuk bisa ada di kursi panas itu. “Saya sudah dipercayakan untuk menjadi wakil dari bapa mama, maka setiap keluhan bapa mama harus saya dengarkan dan keluhan itu harus saya tindak-lanjut,” kata Piter.
Tanpa dikomando, warga serentak bertepuk tangan mendengar ketegasan dari Piter. Warga pun menyampaikan apa yang menjadi keluhan mereka selama ini. Listrik tak lagi menjadi masalah bagi mereka, sebab sebagian besar warga sudah memasang meteran listrik.
Persoalannya adalah pada fasilitas jalan raya. Jalan pengerasan yang ada saat ini diakui tak bertahan lama. Bahkan pada musim hujan, warga kesulitan melalui beberapa ruas jalan. Sementara jalan rabat beton yang dibangun beberapa juga telah rusak.
Persoalan jalan tidak akan terasa pada musim kemarau. Meski tertatih dengan kendaraan, namun akses jalan masih bisa dilalui. Saat musim kemarau tiba, warga sering mengalami kekeringan. Sumber-sumber air terdekat di pemukiman warga akan menjadi kering. Tersisa beberapa sumber air yang jarak tempuhnya cukup jauh. Bahkan ada masyarakat yang harus berjalan sejauh 2-3 KM untuk mendapatkan air bersih.
“Yang rumahnya jauh dari sumber air itu biasanya mereka beli 3 jerigen berukuran 20 liter itu bayar Rp 10 ribu. Kalau mereka yang dekat itu langsung ambil ke sumber air,” kata Hendrik Isu, Sekretaris Desa Falas.
Harga jual itu pun akan berbeda jika yang jual itu menggunakan sepeda motor maka uang Rp 10 ribu hanya bisa membeli 2 jerigen berukuran 20 liter.
Keluhan masyarakat mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan. Dengan ekspresi wajah yang tegas, Piter menyampaikan, dirinya tidak ingin berjanji muluk-muluk. Dia ingin memberikan apa yang sudah pasti. Tak disangka, politisi muda yang bermitra dengan Dinas PRKP terkait air bersih itu telah membawa sebuah pompa air submersible 2 ph.
Usut punya usut, ternyata warga Desa Falas khususnya di kampung Eno Ayo telah mendapatkan bantuan dua sumur bor dari Zakaria Ministry. Sumur bor sudah selesai dikerjakan namun masih membutuhkan satu buah dinamo dan juga pipa paralon serta tambahan semen untuk pembuatan bak penampungan utama.
“Sebagai bagian dari pemerintahan daerah, ketika mendengar warga kita mendapatkan bantuan berupa dua sumur bor kemudian masih ada kekurangan, maka sudah sewajarnya kita hadir untuk melengkapi kekurangan yang ada,” kata Piter.
Ia merasa bertanggungjawab untuk kesejahteraan masyarakat. Karena itu, dirinya berterima kasih kepada Zakaria Ministry yang sudah berupaya meringankan beban masyarakat setempat. Pompa air tersebut langsung diserahkan kepada warga setempat untuk bisa dimanfaatkan.
Tak terkira kebahagian yang terpancar dari wajah orang-orang yang hadir saat itu. Terdengar suara sahut menyahut menyampaikan terima kasih kepada anggota DPRD yang baru pertama kali mengunjungi mereka, namun punya kepedulian yang tinggi .
“Saya minta maaf baru bisa bertemu Bapa Mama sekarang. Saya dengar ada pekerjaan sumur bor disini dan ada kekurangan, karena itu saya harus hadir untuk masyarakat saya,” tambah Piter.
Air dari kedua sumur bor itu nantinya ditampung pada satu bak tampungan yang berjarak sekitar 10 meter dari kedua sumur itu. Air akan ditampung hingga bak penampungan utama penuh sebelum didistribusikan ke rumah warga.
Meski demikian, kebutuhan berupa pipa paralon harus segera dipenuhi. Juga semen untuk melanjutkan pekerjaan bak tampungan. Piter pun menyanggupi untuk membantu warga setempat dengan pipa dan semen.
“Dalam waktu dekat kita bisa bertemu untuk berbincang lagi terkait pekerjaan ini. Intinya saya tidak akan tinggalkan bapa mama sampai pekerjaan ini selesai,” ungkap Piter.
Kedua sumur bor itu belum diukur debitnya. Namun dari hasil uji coba yang dilakukan, kedua sumur bor dengan kedalaman 97 meter dan 75 meter itu bisa melayani kebutuhan air untuk puluhan rumah.
“Memang belum bisa layani sampai ratusan rumah, tapi kalau kita tampung saya yakin bisa layani kebutuhan air untuk puluhan rumah. Itu untuk kebutuhan makan minum, di luar dari kebutuhan untuk pertanian,” kata Pendeta Niko Asbanu, perwakilan dari Zakaria Ministry.
Niko pun meminta dukungan kepada semua pihak agar ke depan, tidak hanya kebutuhan air bersih untuk makan dan minum tetapi juga bisa menambah jumlah sumur bor sehingga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian maupun peternakan. Selain itu, jangkauan pelayanan air bersih pun bisa semakin banyak.
“Kita doakan kedepan bisa dapat debit yang lebih besar lagi supaya bisa melayani banyak orang,” tutup pendeta Niko.