Narasaosina – Desa Narasaosina yang terletak di Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur (Flotim) telah menjadi pembeda dalam urusan bidang pertanian. Pemuda di desa tersebut tidak kenal menyerah menangkap peluang untuk merai rupiah melalui kebun tomat.
Kebun ini diinisiasi oleh Sukmawadi, seorang polisi aktif yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di desa tersebut, dan seorang pemuda Muhammad Natsir. Mereka membentuk kelompok tani yang bernama Gewayan Tanah. Mereka mengubah lahan kering di desa tersebut menjadi lahan hortikultura dan menjadikan tomat sebagai ikon utamanya.
Apa yang mereka lakukan ini telah membantu perekonomian mereka bahkan masyarakat setempat.
Ketika melakukan panen perdana di kebun tomat ini pada perdana pada Kamis (1/10/2020), Bupati Flores Timur, Antonius H Gege Hadjon mengapresiasi gerakan anak muda dalam bidang pertanian. Dia berpesan agar pemuda harus bisa kreatif secara mandiri seperti yang telah dilakukan oleh Kelompok Tani Gewayan Tanah.
“Orang muda jangan pernah takut berpikir mau kerja apa. Karena sebagain besar hidup kita dari bertani. Dengan begitu, tentunya setelah kita lahir kita telah mempunyai lahan. Gunakan lahan itu untuk meningkatkan nilai terhadap tanah yang kita miliki agar kita mampu meningkatkan taraf hidup,” kata Bupati Anton.
Sukmawadi menceritakan, awal bertugas di Desa Narasaosina sebagai Bhabinkamtibmas, ia kesulitan mengubah pola pikir masyarakat untuk memahami pertanian.
“Ketika kita berpikir tentang pertanian, yang ada dalam pikiran mereka adalah pertanian itu pekerjaan yang sangat rendah. Dari hal itu, kita perlu menyadarkan mereka dengan memberikan motifasi agar mereka mampu mengelola lahan tidur milik mereka,” jelasnya.
Ketua Kelompok Tani Gewayan Tanah, Muhammad Natsir, menambahkan, saat ini usaha pertanian tomat yang dikelola kelompoknya telah dipasarkan sampai ke Alor. Kini mereka bisa menikmati jeri payah dari awal proses memulai pertanian tomat hingga kini memasuki masa panen.
“Awalnya kita melihat peluang kebutuhan pasar yaitu masyarakat. Sebab, di pasar itu, tomat yang kita konsumsi kebanyakan didatangkan dari luar daerah Flotim. Padahal sebenarnya kita punya pengetahuan dan potensi yaitu lahan. Dari itu jika kita mampu melakukan kenapa harus pakai beli,” jelasnya.
Natsir berpesan bahwa sebenarnya masyarakat kita tidak miskin. Hanya generasi kita malu jadi petani.
“Nenek moyang atau orang tua kita tidak pernah malu jadi petani agar hidup kita lebih baik. Walaupun mereka memiliki keterbatasan pengetahuan,” pungkasnya.