Lewoleba – Sebanyak 9 orang perwakilan pemerintah desa Banitobo mendatangi Kantor DPRD Lembata pada Rabu (16/6). Mereka mengadukan oknum guru salah satu SMK di Kabupaten Lembata berinisial SS yang diduga menggelapkan uang sejumlah pelanggan listrik di desa Banitobo, Kecamatan Lebatukan.
Total ulang yang diduga digelapkan senilai Rp. 26.500.000. Mereka bertemu dengan empat anggota Komisi II DPRD Lembata yakni Yosep Boli Muda, Florentinus Ola Pukan, Syamsudin dan Filbertus Kewuel Wuwur.
Pada kesempatan itu, penjabat Kepala Desa Banitobo, Baltazar Beda, menguraikan bahwa awalnya pemerintah desa memfasilitasi pemasangan instalasi listrik di desa tersebut.
Dari tiga vendor yang mengajukan penawaran, pemerintah desa akhirnya menetapkan CV Gastron sebagai pihak ketiga yang melakukan pemasangan instalasi listrik. SS diketahui sebagai seorang guru listrik yang ada juga di dalam CV Gastron.
Alasannya, pada awalnya SS dan Direktur CV Gastron Frid bersama-sama datang ke desa tersebut. Jadi warga menganggap keduanya bekerja sama dan bagian dari vendor yang sama.
“SS ini statusnya guru listrik sehingga mungkin dia kenal CV Gastron dan beri penawaran melalui CV Gastron di Banitobo. Waktu instalasi ini tidak masalah. Saat mau SLO (Sertifikat Laik Operasi) kan butuh duit pak Frid ini DP untuk SLO. Lalu SS juga ikut dari belakang pakai lebel CV Gastron. Sampai di Lewoleba dia tidak setor ke CV Gastron,” papar Baltazar Beda.
“Dia sudah ambil uang pada tanggal 30 Januari dan 1 Februari 2021. Total uang pelanggan di tiga dusun,” ungkap Baltazar.
Sekretaris Desa Banitobo Andreas Lasar menambahkan, kecurigaan mereka akan adanya penggelapan uang oleh SS semakin meyakinkan saat pada suatu waktu dirinya bertemu dengan SS di jalan.
Kala itu, SS meminta kepada Andreas supaya pemerintah desa mengganti pihak ketiga yang menangani pemasangan listrik. Sebab menurutnya, CV Gastron lambat menangani hal itu.
Andreas mengungkapkan total uang yang digelapkan oleh SS sebesar Rp 26.500.000 dengan biaya satu meteran Rp 2.350.000. “Ada pelanggan yang sudah kumpul lebih untuk sekalian lunasi,” ungkapnya.
Katanya, kejanggalan ulah dari SS ini mulai nampak sejak April 2021 yang lalu. Kemudian diketahui nama SS ternyata tidak ada dalam struktur CV Gastron. Pihaknya juga berusaha menghubungi oknum guru tersebut melalui sambungan telepon tapi tak ada tanggapan.
Bahkan, mereka juga sudah mencari SS di kediamannya di kawasan Lamahora. Tapi dia selalu tidak ada di rumah. Pihaknya juga sudah menyampaikan masalah tersebut kepada istri dari oknum guru tersebut yang ditemui di rumahnya.
“Kita kontak lewat hape sudah, pesan lewat keluarga juga sudah, kami juga sudah ke rumah dan dia tidak ada,” kata Lasar.
Katanya, Direktur CV Gastron Frid, karena merasa bertanggung jawab, secara besar hati merasa berutang budi dan berusaha sendiri memasang meteran listrik di sejumlah pelanggan di sana.
“Sekarang ini jadi masalah karena kalau dia pasang meteran pasti dia minta uang sisa, sementara uang ada di SS,” ungkapnya.
Anggota Komisi II DPRD Lembata Syamsudin, menjelaskan, ulah SS memang mencurigakan karena komunikasi dengan pemerintah desa tidak ada sama sekali. Padahal menurutnya kalau ada kendala seharusnya dia bisa menyampaikan secara terbuka.
“Yang jadi persoalan komunikasi saja tidak jalan. Berarti memang ada sesuatu,” ungkap Syamsudin.
Sementara itu, Yosep Boli Muda, menerangkan masalah ini akan dibahas lagi dalam rapat kerja bersama mitra dalam minggu ini. Secara pribadi, dia akan menghubungi SS dan meminta pertanggungjawabannya.
Namun, jika SS tak kunjung mengembalikan uang milik warga tersebut maka menurut Politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini, pemerintah desa bisa meminta bantuan polisi untuk mencari SS sampai dia bertanggung jawab.
BentaraNet sudah menghubungi SS lewat sambungan telpon, namun tidak ditanggapi. “Sebentar kami masih pertemuan,” kata SS.
Hingga berita ini diterbitkan, BentaraNet juga belum berhasil menghubungi Direktur CV Gastron, Frid melalui sambungan telepon. Hingga berita ini diturunkan keduanya belum memberikan klarifikasi terhadap masalah ini. (Red)