Lewoleba – Gelombang pengungsi mulai memadati halaman kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Perpustakaan Daerag Kabupaten Lembata. Posko-posko bencana Erupsi Gunung Ile Lewotolok sudah mulai dibangun.
Pemerintah Kabupaten Lembata mengkonfirmasi sedikitnya sudah ada 21 ribu warga di 26 desa yang tersebar di dua kecamatan yakni Ile Ape dan Ile Ape Timur telah dievakuasi. Sebagian warga memilih mengungsi rumah keluarga mereka di Lewoleba, Ibukota Kabupaten Lembata.
Gunung Ile Lewotolok mengalami peningkatan erupsi pada Minggu (29/11/2020) pagi sekitar Pukul 09.45 pagi WITA. Sebelumnya gunung lle Lewotolok telah mengalami erupsi pada Jumat (27/11) lalu.
Erupsi ini terekan di seismogram Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok dengan amplitudo maksimum 35 mm dengan durasi kurang lebih 10 menit.
Para pengungsi yang mendiami lereng gunung Ile Lewotolok dijemput menggunakan kendaraan yang disediakan oleh warga, maupun instansi pemerintah, TNI, Polri yang datang membantu evakuasi warga.
Bupati Kabupaten Lembata, Eliazer Yentji Sunur, mengatakan, langkah kontijensi darurat telah diambil pemerintah dengan mengurus para pengungsi erupsi gunung Ile Lewotolok.
Meski dalam kondisi darurat, Bupati Sunur meminta agar warga tetap menjalankan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Tim medis pun dikerahkan untuk memeriksa para pengungsi. Bagi pengungsi yang merasakan ada gejala Covid-19, langsung dipisahkan untuk dirawat di ruang khusus di kantor Perpustakaan daerah Lembata.
“Kami dengar ada ledakan pas keluar lihat asap sudah membubung tinggi. Saya panik dan langsung dengan sepeda motor ke Lewoleba. Sepeda motor saya sempat kehabisan bensin saya dorong. Beruntung ada yang kasih saya,” kata Ursula Deran, warga Desa Watodiri, Kecamatan Ile Ape. (Red)