Lewoleba – Penanganan darurat bencana dan pasca darurat bencana erupsi Gunung Api Ile Lewotolok, banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lembata membutuhkan keterlibatan semua pihak termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Satu di antaranya adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Lembata (Barakat) yang menyalurkan bantuan untuk penyintas di Kabupaten Lembata selama masa tanggap darurat dan pasca tanggap darurat.
Selain kebutuhan bahan pokok, upaya pemberdayaan pun terus dilakukan bagi para penyintas. Hal ini disampaikan Direktur LSM Barakat, Benediktus Bedil saat konferensi pers terkait laporan pertanggungjawaban publik yang digelar di Posko Barakat di Lamahora, Lewoleba, Selasa (21/9/2021) malam.
Selama penanganan darurat bencana dan pasca kondisi darurat, LSM Barakat menyalurkan berbagai jenis bantuan dari 28 pihak donatur perorangan maupun organisasi untuk penyintas banjir bandang dan longsor.
“Semua bantuan ini kami berikan langsung kepada penyintas, ada pula yang kami kelola di posko Barakat melalui pemberdayaan dan trauma healing. Kami berkumpul dan bermain bersama anak-anak dan lansia di posko,” ungkap Benediktus.
Beberapa kegiatan pemberdayaan yang dilakukan LSM Barakat untuk para penyintas di antaranya, pengembangan tanaman sorgum di kebun, pembuatan konektor masker dan pengembangan komposting toilet hemat air untuk wilayah yang krisis air bersih.
Untuk diketahui, wilayah Ile Ape yang terdampak bencana banjir bandang juga sering mengalami krisis air bersih setiap tahun. Bahkan para pengungsi hingga kini masih mengalami krisis air bersih di lokasi hunian sementara di kebun-kebun.
Untuk penyintas banjir bandang juga LSM Barakat membuka kelas moting tulung taling. Moting tulung taling ini merupakan sebuah kearifan lokal masyarakat Ile Ape yang berada di lingkar gunung api Ile Lewotolok. Moting merupakan sebuah tempat berkumpul masyarakat lokal setempat saat mereka pulang berkebun.
Di lokasi ini mereka berdiskusi dan berbagi rasa, atau interaksi sosial masyarakat setempat yang dikenal dengan istilah tulung taling. Kelas yang dibuka di posko LSM Barakat ini membuka kesempatan bagi para pengungsi untuk menceritakan suka duka dan isi hati mereka saat kejadian bencana.
“Mereka cerita banyak hal, bahkan ada yang menceritakan bagaimana tanda-tanda alam sebelum bencana dan bagaimana pohon-pohon besar justru menyelamatkan mereka dari bencana ini,” ungkap Benediktus.
Dari kejadian ini, LSM Barakat mengambil kesimpulan bahwa kelestarian alam bisa membantu mencegah terjadinya sebuah bencana, atau paling tidak bisa meminimalisir potensi bencana.
Oleh karena itu dia mendesak pemerintah dan masyarakat untuk memikirkan bagaimana upaya yang perlu dilakukan untuk konservasi alam yang sudah terlanjur rusak.
Selama menyalurkan bantuan ini, LSM Barakat memiliki 11 relawan yang terlibat langsung dalam penanganan pengungsi di lapangan.
Sementara itu, salah satu relawan LSM Barakat, Teri Purab menjelaskan, penerima bantuan atau bahan kebutuhan pokok yang disalurkan LSM Barakat sebanyak 2.108 jiwa yang terdiri dari lansia, ibu hamil, balita dan penyandang difable.
Bantuan-bantuan ini didistribusikan di rumah warga, kebun-kebun, posko LSM Barakat dan 4 posko-posko pengungsi milik Pemerintah Kabupaten Lembata.
Sementara kegiatan trauma healing yang diselenggarakan LSM Barakat menyasar 1.519 jiwa penyintas yang berada di Kabupaten Lembata. Peserta trauma healing ini terdiri dari lansia, balita, anak-anak, petani, orantua atau guru.
“Kalau guru-guru justru justru terlibat bermain dan mengajarkan anak-anak bagaimana bencana itu terjadi dan upaya-upaya untuk mengurangi resiko terjadinya sebuah bencana,” kata Teri.
LSM Barakat tidak menyalurkan bantuan begitu saja ke penyintas.
Mereka memiliki beberapa mekanisme atau tahapan penyaluran bantuan mulai dari assesment kebutuhan pengungsi, pembelanjaan barang dan pendistribusian barang bantuan.
Sementara itu mekanisme pendistribusian bantuan dilakukan berdasarkan data pedoman pendistribusian. “Ini untuk memudahkan kita untuk pengepakan barang yang hendak didistribusikan,” ucapnya.
Benediktus Bedil menjelaskan, pertanggungjawaban kepada publik ini penting sebagai sebuah upaya menumbuhkan kepercayaan publik terhadap LSM Barakat.
“Selain sebagai pertangungjawaban kepada donatur yah. Banyak orang yang bilang kepercayaan itu ibarat benang, sangat halus, dan kalau sudah putus susah untuk disambungkan. Banyak donatur siap membantu apa saja dan kapan saja untuk kita,” ucap Benediktus.
Terbukti, selama menyalurkan bantuan, LSM Barakat bahkan diberikan kepercayaan lebih dari satu kali dari donatur yang sama untuk menyalurkan bantuan ini.
Dari uraian LSM Barakat, oara donatur baik perorangan maupun lembaga berasal dari beberapa daerah di Indonesia bahkan luar negeri, selain dari Lembata. Misalnya, Jakarta, Irian, Batam, Sidoarjo, Yogyakarta, Surabaya, Kalimantan, Bali, Kupang, Manggarai, Ende, Maumere dan Larantuka.
Beberapa lembaga yang turut menyalurkan bantuan kepada masyarakat, seperti Walhi NTT, IDEP Bali, Forum PRB Provinsi NTT, Yayasan Tananua Ende, Forum Lembata Memanggil, Yayasan Satu Hati untuk NTT, Rahim Lamaholot, Nusabunga, Paguyuban Lamatokan, Komunitas Jalan Kaki (KJK) Maumere, Keluarga Lamaholot Manggarai dan Ivaro Ventura. (Red)