LEMBATA – Tiga pasangan calon (paslon) yang ikut bertarung di Kabupaten Lembata duduk bersama dan membuat kesepakatan terkait pangan lokal.
Tiga paslon tersebut yaitu, Thomas Ola Langoday dan Gaudensius Huar Noning (TOL GAS) paslon nomor 2, Yohanes Vianey K. Burin dan Paulus Doni Ruing (7 Maret) paslon nomor urut 3, serta Marsianus Jawa dan Paskalis Laba (Manis) paslon nomor urut 5.
Tiga paket yang difasilitasi oleh Yayasan Pengembangan Ekonomi Sosial (Yaspensel) Keuskupan Larantuka dan Koalisis Pangan Baik imi membuat kesepakatan dan rekomendasi terkait kebijakan pangan di Lembata pada Minggu, Oktober 2024.
Sebelum kesepakatan dan rekomendasi ini dibuat, ketiga paket ini bersama masyarakat yang hadir mendengarkan pemaparan temuan dua orang muda yang konsen pada isu pangan yaitu Hendrikus Bua Kilok dari Desa Tapobali dan Yohanes Pulang dari Desa Hoelea II.
Hendrikus atau akrab disapa Andika dalam forum itu mengurai secara jelas bagaimana tantangan yang dihadapi petani. Masalah pertama adalah, adanya pergeseran musim tanam. Kondisi ini tentu menyulitkan petani untuk mengambil keputusan.
Kedua, masalah terkait pangan tidak hanya menimpa pangan yang ada di darat namun pangan di laut pun ikut terancam.
Ketiga, bantuan sosial pemerintah justru membuat masyarakat meninggalkan pangan lokal.
“Kami sebagai anak muda menanggapi itu sebagai masalah untuk kami. Yang bisa kami lakukan saat ini adalah upaya kecil. Kami tidak bisa lakukan sebanyak mungkin,” ungkap Andika.
Menurut Andika, di Lembata ketergantungan masyarakat terhadap beras sangat tinggi. padahal Lembata kaya dengan berbagai macam pangan lokal. Selain itu itu, pemakaian bahan kimia terlalu tinggi.
“Pemakaian bahan kimia terlalu tinggi.
Bahkan penjualannya sangat tidak masuk akal. Saya sempat menuliskan itu di tempo witness bahwa ada satu kios, di atas nya bahan makanan dibawah bahan kimia,” sambungnya.
Pemaparan hasil temuan itu kemudian ditanggapi oleh oleh Tim Sukses Paslon maupun paslon yang hadir langsung yaitu Yohanes Vianey K. Burin.
Fred Wahon yang hadir mewakili paket Manis mengatakan, jalan menuju sejahtera itu harus membawa pangan lokal menuju industri. Meskipun industri dalam skala kecil tapi harus dilakukan.
Lalu, menurut Fred, pasar harus diciptakan sehingga petani dan kelompok yang membangun industrinya seperti Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) tidak kesulitan.
“Bumdes harusnya mendukung ekonomi masyarakat. Masalahnya kalau Bumdes tampung dia harus jual ke mana ? Ini yang seharusnya pemuda yang potensial dipekerjakan untuk membangun pasar,” tegas Fred.
Yohanes Vianet K. Burin yang hadir sebagai Calon Bupati Lembata mengatakan, membangun pangan lokal harus dimulai dari Desa.
“Kita harus mulai dari desa. Maka program kita (Paket 7 Maret-red) minimal 1 petani punya satu hektar lahan untuk menanam 1 spesies pangan untuk ketahanan pangan ini,” ujar Vian Burin.
Bahkan Vian berjanji, akan membuat program untuk satu desa minimal memiliki 1 hektar sorgum. Sebab bagi Vian, sorgum punya nilai ekonomi yang sangat tinggi.
Targetnya, Lembata harus menjadi Kabupaten sorgum. Namun harus difasilitasi dengan teknologi sehingga dapat menjadikan sorgum dalam skala industri.
“Harus bikin industrialisasi, harus gunakan teknologi. Petani tanam kita akan beli sehingga menjadikan lembata sebagai kabupaten sorgum,” jelasnya.
Sedangkan Agus Nuban yang mewakili paket TOL GAS menjelaskan, saat TOL GAS ke turun ke desa-desa, mereka tidak menemukan lumbung-lumbung desa yang mana lumbung desa akan mensuport lumbung-lumbung keluarga.
“Kami melihat ada pergeseran pola hidup dan itu harus dikembalikan,” ujar Agus yang sering menemani TOL GAS di saat turun ke desa.
Menurut Agus, diversifikasi pangan itu harus jalan, sehingga dipastikan dulu petani itu memiliki ketahanan pangan selama 1 tahun.
“Kita akan bukan lahan itu, harus dengan traktor,” ujar Agus Nuban dengan semangatnya yang berapi-api.
Kesepakatan dan Rekomendasi Tiga Paket
Kesepakatan dan Rekomendasi tiga paket ini dibagi menjadi dua bagian yaitu rekomendasi untuk Sektor Pangan Sub Sektor Sumber Hayati Berkelanjutan di Kabupaten Lembata dan Rekomendasi untuk Sektor Pangan Sub Sektor Air Berkelanjutan di Kabupaten Lembata.
Untuk Sektor Pangan Sub Sektor Sumber Hayati Berkelanjutan di Kabupaten Lembata ada 8 poin yang menjadi kesepakatan dan rekomendasi.
Pertama, perlu ada kegiatan pengumpulan dan identifikasi semua jenis pangan lokal untuk mulai dibudidayakan dari level terkecil misalnya keluarga atau komunitas setingkat RT misalnya KBG dan lingkungan.
Kedua, perlu mendorong adanya keunikan pangan berbasis karakteristik wilayah / One Village One Product.
Ketiga, perlu mendorong alternative bantuan sosial pangan dengan sumber pangan lokal. Keempat, mendorong dukungan teknologi pangan melalui APBD atau APBDes melalui Dana Desa
Kelima, khusus untuk Dana Desa, perlu ada penajaman prioritas penggunaan dana desa untuk pangan lokal tidak hanya pada urusan fisik tapi pemberdayaan dan sumber-sumber pangan
Keenam, pembiasaan konsumsi pangan lokal di sekolah dan kantor dimulai dengan pembiasaan ke sekolah atau kantor membawa bekal dari rumah, termasuk dalam acara-acara publik.
Ketujuh, memastikan budidaya tanaman pangan local dilaksanakan di setiap desa.
Kedelapan, melahirkan kebijakan dan program pembatasan atau pengendalian penggunaan pupuk kimia, herbisida kimia serta produk dan praktik pertanian yang merusak kelestarian tanah dan lokasi budidaya dalam jangka panjang
Berikutnya, rekomendasi untuk Sektor Pangan Sub Sektor Air Berkelanjutan di Kabupaten Lembata yaitu :
Pertama, mendorong masyarakat dan semua sektor untuk melakukan Gerakan Massal Tanam Air.
Kedua, membuat lubang tanam air di sekitar rumah dan pekarangan penduduk
Membuat lubang tanam air di semua pekarangan kantor dan fasilitas umum
Membuat lubang tanam air di sekitar sumber mata air, sumur gali dan sumur bor.
Ketiga, membuat lubang tanam air di setiap sekolah sekaligus sebagai materi pembelajaran bagi siswa.