Lamahala – Himpunan Mahasiswa Lamaholot-Lombok (HIMLA) akan menggelar festival panggung bertajuk Balik Bersua pada Sabtu (19/6) malam ini di Desa Lamahala Jaya, Kecamatan Adonara Timur.
Festival ini merupakan rangkaian panjang dari kegiatan pentas seni sejak yang telah digelar sejak Sabtu (14/6) lalu dan menurut rencana akan berakhir pada Rabu (23/6) mendatang.
Menariknya, festival seni ini menggandeng sastrawan nasional asal Adonara, Bara Patiraja dan juga seniman lain dari Flores Timur dan Lombok. Kegiatan ini merupakan bentuk respon terhadap kondisi Adonara pasca bencana banjir bandang melanda.
Festival Panggung Balik Bersua ini melibatkan seniman dari berbagai genre, diantaranya, musik, teater, mural, puisi, pantonim dan juga workshop pertunjukan sosialisasi pendidikan. Selain itu juga melibatkan pelaku usaha dari penyintas untuk memasarkan usahanya dalam rangkaian kegiatan ini.
Majelis MPO Himla Lombok, Novrizal Hamza mengatakan, ‘Balik Bersua’ juga merupakan rangkaian kegiatan senia yang bertujuan menumbuhkembangkan jiwa seni dan kebudayaan yang dimiliki orang muda di Flores Timur, khususnyan anak-anak yang terdampak bencana.
“Hari ini kami bergerak pada ruang-ruang kesenian dan itu sebagai senjata kami atau alat kami untuk bagaimana merespon pasca bencana, pasca bencana ada poin yang harus diingat adalah bagaimana recovery terhadap mental,” ungkap Novrizal saat jumpa pers di Desa Lamahala, Kamis(17/06) lalu. .
Dia mengaku kegiatan tersebut merupakan bentuk pertunjukan yang menawarkan ruang untuk mengembangkan kreatifitas anak muda.
Adapun beberapa pertunjukan yang sudah ditampilkan oleh Himla, Lombok diantaranya adalah visual art graffiti dan mural, juga ada pantonim yang ditampilkan di awal kegiatan ‘Balik Bersua” di Desa Lamahala, Kelurahan Waiwerang, dan Desa Waiburak.
Sastrawan nasional, Bara Patiraja menilai, iklim kesenian di Flores Timur akan semakin berkembang jika berani memanfaatkan kemajuan teknologi dan modal kultural yang ada.
“Kemajuan teknologi dan atmosfir yang sudah terbuka sekian bagus di era kontomporer ini menjadi satu modal koltural. Jadi bukan hanya persoalan modal kapital tapi modal kultural bagi kawan-kawan, pemuda-pemuda di sini untuk terus mendaraskan imajinasi kreatifnya, gagasannya,” ungkap Patiraja.
Penulis buku Pacar Gelap Puisi tesebut juga menegaskan, atmosfir kesenian yang sudah tercipta dengan baik tersebut akan mengkrak jika tidak dijaga dengan baik oleh pemuda.
“Ngurusin komunitas kebudayaan tidak seperti ngurusin partai politik gitu, jangan dibawa kesana spiritnya, kalau mau iklim kreatifitas ini tumbuh bagus,” tegas Bara memaparkan pandangannya tentang persoalan berkomunitas.
Selain itu, menurut Bara Patiraja, salah satu hal penting yang perlu dilakukan dalam upaya menjaga iklim berkesenian di Flores Timur adalah kolaborasi antar seniman.
“Butuh kolaborasi. Kolaborasi ini penting saya kira. Masing-masing seniman tidak bisa hari ini mempertahankan ego sentrisnya untuk membungkus diri di domainnya saja. Tetapi orang teater harus berkolaborasi dengan orang sastra, dengan musik dan dengan gendre-gendre kesenian yang lain,” imbuh Patiraja.
Ruang kreatifitas dalam rangkaian kegiatan ‘Balik Bersua’ ini juga berkolaborasi dengan beberapa komunitas diantaranya, Murin Boleng, Lingkar Seni Adonara, Komleks Wara Wiri, Pemuda Peatges, OI Adonara, Teater Sina Riang, juga Mas Dewa Watololong.