• About
  • Redaksi & Contact
  • Advertise
Wednesday, September 10, 2025
  • Login
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Bentara
  • Home
  • Polkam
  • Ekbis
  • Hukrim
  • BudPar
  • Humaniora
  • Kesehatan
  • Pendidikan
  • Home
  • Polkam
  • Ekbis
  • Hukrim
  • BudPar
  • Humaniora
  • Kesehatan
  • Pendidikan
No Result
View All Result
Bentara
No Result
View All Result
Home Lingkungan Hidup

Perubahan Iklim: Petani Lembata Tukar Guling Jagung Hibrida ke Sayur Organik

by BentaraNet
in Lingkungan Hidup
0
Ignasius Suyadi Aur, petani di Desa Dulitukan, Kabupaten Lembata merawat tanaman terung di kebun / Foto : BentaraNet

Ignasius Suyadi Aur, petani di Desa Dulitukan, Kabupaten Lembata merawat tanaman terung di kebun / Foto : BentaraNet

0
SHARES
159
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

LEMBATA – Bencana gagal panen terus terjadi tiap tahun di Kabupaten Lembata. Selain perubahan cuaca ekstrim, serangan hama penyakit juga menjadi penyebab utama gagal panen.

Ignasius Suyadi Aur salah satu petani mengatakan, di wilayah Tanjung, Kecamatan Ile Ape , tidak sedikit petani yang menanam jagung hibrida. Namun banyak dari mereka juga yang mengalami gagal panen ketika hujan tiba-tiba berhenti dalam waktu yang cukup lama saat jagung dalam masa pertumbuhan.

Kondisi ini kata Ignasius, mendorongnya beralih budidaya sayur-sayuran organik. “Menanam sayuran organik merupakan pilihan tepat di tengah musim. Lima jenis sayuran yang ditanam saat ini seperti tomat, kacang panjang, terung, cabai dan pare, ” katanya saat ditemui di kebun miliknya, Senin, 24 Maret 2025.

Ignasius menyebut, tanah di kebun miliknya memiliki kualitas yang bagus untuk ditanami sayur-sayuran. “Kalau untuk tanah kualitasnya bagus , ” kata Ignasius yang telah menekuni budidaya sayur organik sejak tiga tahun lalu.

Budidaya sayur-sayur organik juga membuat mereka lebih baik dalam memberikan perlakuan terhadap tanah, jika dibandingkan dengan jagung hibrida yang harus mendapatkan perlakuan lebih dengan menggunakan pupuk kimia.

“Di sini kami tidak menggunakan pupuk kimia. Kami menggunakan pupuk kandang dari ternak yang seperti kambing dan limbah organik di sekitar sini,” kata Ignasius.

RelatedPosts

Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kampanye dan Amplifikasi di Isu Perubahan Iklim yang digelar LSM Barakat / Foto : BentaraNet

Sumbatan Informasi Sebabkan Isu Iklim Belum Jadi Perhatian Publik

February 7, 2025

Jembatan di Idalolong Rusak Diterjang Banjir, Kontraktor Langsung Perbaiki

January 3, 2023

Ignasius mengaku khawatir dengan kualitas tanah miliknya akan menurun, jika ia terus menerus menanam jagung hibrida dengan perlakuan pupuk kimia yang berlebihan.

Tidak jauh dari kebun milik Ignasius, petani lainnya, Edi Suyono juga melakukan hal yang sama. Barisan pagar untuk tanaman pare sengaja ia tempatkan di sisi luar untuk melindungi tanaman lainnya seperti cabai dan tomat dari panas yang berlebihan.

Sementara di pinggir kebun di sisi yang lain, ia membuat jebakan agar air tidak mengalir ke mana-mana saat hujan turun dengan deras.

Cuaca di wilayah ini memang selalu ekstrim. Pada saat-saat tertentu, hujan turun dengan sangat lebat, namun di lain waktu suhu panas yang tinggi bisa berlangsung dalam waktu yang lama.

Meski membutuhkan syarat yang sama yakni ketekunan, Edi menjelaskan bahwa dalam kondisi seperti ini, lebih mudah ia merawat sayur dibandingkan jagung hibrida.

“Kalau jagung (hibrida), itu panas yang panjang itu langsung kita pastikan akan gagal. Sementara ini bisa kita selamatkan dengan air yang ada apalagi kami sering menggunakan pupuk kandang,” ucapnya.

Hasil yang mereka dapatkan dari budidaya sayur-sayuran ini pun jauh lebih tinggi dibandingkan menanam jagung hibrida. Dalam sehari saat musim panen, omset penjualan Ignasius bisa mencapai Rp 300 ribu.

Hasil sayur milik mereka lebih diminati di pasar karena melalui metode pengolahan secara organik . Apalagi di Lewoleba, Ibukota Kabupaten Lembata, sayur-sayuran dengan residu pestisida yang tinggi masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus dituntaskan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

“Para pedagang biasanya langsung ambil di sini. Kalau sayur organik dengan non organik itu kualitasnya berbeda. Tomat misalnya, kami punya itu bisa bertahan sampai satu minggu, tapi kalau papalele (pedagang) mereka dapat dari petnai yang pakai pupuk kimia, itu hanya bisa bertahan tiga hari,” ungkap Ignasius.

Di sisi lain, Ignasius dan Edi mengakui bahwa budidaya sayur-sayuran ini hanya bisa mereka lakukan saat musim hujan. Sementara di musim kemarau, ketersediaan air tidak cukup bagi mereka untuk budidaya tanaman sayur-sayuran.

Jika ada sumur bor, mereka akan melakukan pekerjaan ini sepanjang tahun di musim hujan dan musim kemarau. Sejauh ini intervensi dukungan dari pemerintah belum terlihat sebagai inisiatif yang mereka ambil.

Penulis : Andri AG

Tags: cuaca burukPerubahan Iklim
Next Post

Upaya Puge Figo Konservasi Mati Air Melalui Penanaman Pohon

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

TNI Bantu Pencarian 4 Korban Banjir Bandang di Mauponggo

14 hours ago

Banjir Terjang Mauponggo: 3  Meninggal Dunia 4 Hilang

17 hours ago
Polres Lembata Wawancarai Aktivis Terkait Rancangan Perubahan Perda Pajak dan Retribusi Daerah

Polres Lembata Wawancarai Aktivis Terkait Rancangan Perubahan Perda Pajak dan Retribusi Daerah

1 day ago
Polres Lembata Lakukan Penggalangan Jelang Perayaan Sakramen Ekaristi

Polres Lembata Lakukan Penggalangan Jelang Perayaan Sakramen Ekaristi

1 day ago
Rapat Audiens Bersama Formalen di DPRD Lembata Ricuh, John Batafor Hardik Ciku Namang

Rapat Audiens Bersama Formalen di DPRD Lembata Ricuh, John Batafor Hardik Ciku Namang

2 days ago

Breaking News: 4 Kepala Keluarga di Desa Aewoe Mauponggo Masih Terjebak Banjir

2 days ago
Polres Lembata Lakukan Penggalangan Jelang Pengesahan RPJMD 2025–2029

Polres Lembata Lakukan Penggalangan Jelang Pengesahan RPJMD 2025–2029

2 days ago

Popular News

  • Breaking News: 4 Kepala Keluarga di Desa Aewoe Mauponggo Masih Terjebak Banjir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rapat Audiens Bersama Formalen di DPRD Lembata Ricuh, John Batafor Hardik Ciku Namang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Pelecehan Seksual Tertinggi di Nagekeo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kampus INF Nagekeo Kirim Relawan Bantu Pencarian Korban Banjir di Mauponggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Banjir Terjang Mauponggo: 3  Meninggal Dunia 4 Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • TNI Bantu Pencarian 4 Korban Banjir Bandang di Mauponggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Connect with us

Kirim E-mail :

Untuk kritik, saran dan pertanyaan lainnya, silahkan kirim pesan anda untuk BentaraNet di bentara.redaksi01@gmail.com

Site Links

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

About Us

Kami menyajikan berita akurat, mendalam dan edukatif untuk anda.

  • About
  • Redaksi & Contact
  • Advertise

© 2023 - Bentara.net

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Ekbis
  • Hukrim
  • BudPar
  • Humaniora
  • Kesehatan
  • Pendidikan

© 2023 - Bentara.net

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In