LEMBATA – Kehadiran Dapur Makan Bergizi (MBG) tidak hanya melayani program makan bergizi gratis bagi anak-anak dan para pelajar tetapi juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lembata.
Hingga Senin (10/11/2025), pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) telah membangun dua dapur MBG di Lembata dari 27 dapur yang ditargetkan.
Dibalik upaya pemerintah untuk mendorong pemenuhan makanan bergizi gratis bagi anak Indonesia, masyarakat juga diharapkan dapat menangkap peluang bisnis dengan hadirnya dapur MBG ini.
Politikus Partai Gerindra, Paulus Makarius Dolu menilai, Dapur MBG saat ini menjadi lokomotif peredaran uang yang ditandai dengan besarnya investasi pemerintah di program MBG.
Setiap hari dapur MBG membutuhkan pasokan sayur, buah, ikan, telur dan daging ayam untuk melayani ribuan pelajar, balita dan ibu hamil di setiap wilayah layanan.
Di sisi lain, persediaan bahan mentah di Lembata tidak cukup untuk menyuplai kebutuhan dapur MBG yang sudah beroperasi.
Ia mencontohkan, dalam sehari satu dapur MBG membutuhkan 200 sisir pisang mas, namun yang tersedia di pasar hanya tujuh tandan yang jumlahnya jauh di bawah kebutuhan 200 sisir.
Peluang ini menurut Paul harusnya mampu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan penghasilan sebagai pemasok bahan pokok ini.
“Masyarakat harusnya sudah mulai melihat bahwa dapur (MBG) ini menjadi lokomotif peredaran uang di Lembata. Masyarakat sudah harus bisa menyiapkan bahan mentah. Tanam pisang, pepaya california, piara ayam, urus ikan, beras supaua bisa suplai. Pasarnya jelas,” kata Paulus.
Mantan anggota DPRD Kabupaten Lembata ini menegaskan masyarakat tidak boleh menjadi penonton hadirnya program MBG ini. Jika masyarakat tidak mulai bergerak, bukan tidak mungkin pihak dapur MBG akan mencari pemasok bahan mentah dari luar daerah.
“Kalau jadi begini kan masyarakat rugi. Kalau satu buah pepaya katakanlah Rp 10 ribu lalu semua dapur butuh 200 buah per hari, pasti kita kekuarangan,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Paulus juga mendesak Pemda Lembata untuk lebih gencar mendorong peningkatan produktivitas hasil pertanian dan peternakan melalui program nelayan tani ternak (NTT) yang selama ini digaungkan.
“Pemerintah kita minta untuk selalu mengimbau petani untuk bisa mulai menanam, mulai menyiapkan bahan mentah. Sehingga bahan mentah yang ada ini membuat uang terserap di Lembata,” ucapnya.
“Kalau tidak, jangan marah kalau uang yang ada ini kita pakai untuk belanja di luar Lembata. Kalau kita tidak cepat menyiapkan semua ini. Ini baru dua dapur,” lanjutnya.
Ia mengatakan keterbatasan persediaan bahan mentah untuk pasokan kebutuhan MBG nyata adanya di depan mata. Masyarakat menurutnya, harus bisa membaca situasi ini sebagai sebuah peluang bisnis.
“Ini nyata kesulitan kita di Lembata. Hadirnya dua dapur ini sudah menunjukkan bahwa kita kesulitan bahan mentah dan ini tantangan buat kita sekaligus peluang bisnis. Ayo, kita semua bergerak. Siapa saja mau petani, nelayan peternak mari kita sama-sama berjuang untuk menghidupkan dapur ini,” pungkasnya. (BN/001)










