Larantuka – Tindakan kekerasan fisik terhadap wartawan media Suara Flobamor, Fabianus Latuan oleh sekelompok orang tak dikenal dinilai sebagai simbol wafatnya nurani kelompok manusia yang tega menganiaya wartawan saat menjalankan tugas jurnalistik.
Hal tersebut diserukan Koordinator aksi, Mikhael Bonny Riberu, saat Solidaritas Persatuan Wartawan Lewotana (Pewarta) Flores Timur menggelar Aksi Seribu Lilin (Akselin) di Taman Patung Pahlawan Herman Fernandez Larantuka, Kamis, 28 April 2022 malam.
Menurut Bonny, sapaan akrabnya, pers merupakan pilar keempat demokrasi yang mana harus mendapat perlindungan bukan dianiaya, apalagi disaat sedang melakukan tugas jurnalistiknya.
“Wartawan Flotim mengutuk keras tindakan kekerasan fisik yang ditanggung saudara wartawan Faby Latuan. Ini salah satu simbol nurani manusia telah mati,” kecam Mikael.
Amar Ola Keda, Wartawan Pos Kupang mengatakan, aksi tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap kekerasan yang sering dialami insan pers.
Menurutnya, tindakan penganiayaan wartawan Fabi Latuan adalah indikasi dari upaya pembunuhan kerja-kerja jurnalistik.
“Ini jelas upaya membunuh karya jurnalistik. Kita harus lawan karena kita pers itu pilar keempat demokrasi”, ujarnya saat berorasi
Amar menyayangkan tindakan tak manusiawi oleh kelompok tak dikenal itu. Atas kejadian itu, dikatakan bahwa Negara telah gagal melindungi pekerja Pers sebagai pilar keempat demokrasi.
Aksi solidaritas Pewarta Flotim ini memantik simpati dua organisasi di Flotim yakni PMKRI Cabang Larantuka dan LMND yang ikut menyalakan lilin sambil menyuarakan suka duka wartawan yang sering menjadi objek penderita.
“Kami ikut bersimpati kepada wartawan di NTT yang sering terintimidasi baik secara fisik maupun mental. Kami juga mendesak agar Polda NTT menghukum pelaku secara tegas sesuai hukum yang berlaku,” ujar Nobertus Dalu Luron, perwakilan dari LMND Flotim.
Diketahui Faby Latuan dikeroyok dan dipukul usai jumpa pers terkait belum disetornya temuan BPK senilai 1,6 miliar ke Pemprov NTT di PT Flobamor Jalan Basuki Rachmat, Kelurahan Naikolan, Kota Kupang pada Selasa, 26 April lalu. ***