Maumere – Segenap anggota organisasi Angkatan Muda Adonara-Maumere (AMA Maumere) melakukan aksi bersih-bersih lingkungan di sepanjang Jalan Gajah Mada, Kelurahan Madawat, Maumere pada Sabtu (20/3/2021).
Bukan tanpa alasan, aksi ini mereka lakukan sebagai upaya mencegah wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sikka. Wabah DBD saat ini turut mengancam warga Kabupaten Sikka ditengah pandemi Covid-19.
Anak-anak muda dari Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur ini tampak antusias membersihkan sampah yang berserakan di jalan raya. Genangan air di sampah kemasan juga tidak luput dari perhatian mereka.
Mereka juga membersihkan got yang penuh dengan sampah plastik. Sampah-sampah ini menghambat aliran air di got sepanjang jalan Gajah Mada.
Kabupaten Sikka sendiri tercatat pernah empat kali ditetapkan dalam Kondisi Luar Biasa (KLB) DBD yakni pada tahun 2010, 2013, 2016 dan 2020. Dilansir laman Kompas.com, hingga 10 Maret 2020, Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka mencatat ada 1.190 kasus dan 14 pasien meninggal karena DBD di Kabupaten Sikka.
Tidak hanya itu, ancaman DBD ini kembali menghantui warga masyarakat Sikka di awal tahun 2021. Kondisi ini menggugah anak-anak muda dari Adonara untuk turut berpartisipasi mencegah penyebaran wabah salah satu penyakit berbasis linkungan ini.
“Masyarakat Kabupaten Sikka sering mengalami penyakit DBD setiap tahunnya. Maka sebagai tindakan preventif membersihkan lingkungan dari sampah, menjadi salah satu tindakan yang harus terus dilakukan oleh berbagai pihak,” kata Ketua AMA Maumere, Yohakim J Beda yang memimpin aksi ini.
Lebih lanjut, mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Nusa Nipa (UNIPA) Maumere ini menyatakan bahwa kerja bakti yang mereka lakukan ini merupakan salah satu bentuk kecintaan anggota AMA Maumere terhadap masyarakat dan tanah air, terkhusus Nian Tana Sikka.
“Kerja Bakti ini juga adalah wujud cinta AMA Maumere terhadap Nian Tanah Sikka.”
Sampah Jadi Penyebab DBD
Sebelumnya, Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo pada sebuah kesempatan pernah mengatakan penyebab tingginya kasus DBD di daerahnya adalah banyaknya sampah. Ia mengaku penanganan sampah di Sikka lemah sehingga banyak ditemukan sampah botol, gelas plastik yang menampung air dan menjadi sarang berkembangnya nyamuk.
“Persoalan kita adalah kebersihan. Kalau lebih ekstrem orang bilang jorok. Kita lihat saja sampah masih berserakan di mana-mana,” ungkap Roberto, kepada awak media, Senin (9/3/2020) silam.
Meski kasus DBD di Kabupaten Sikka pada 2021 mengalami penurunan yang cukup signifikan di periode yang sama di tahun sebelumnya, bupati yang akrab disapa Roby Idong ini tetap mengingatkan masyarakat Sikka untuk terus menjaga keberihan lingkungan.
“Kita tidak boleh lengah. Kita akan terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam pencegahan DBD ini. Jadi mari kita bergotong royong semua,” kata Bupati Idong dilansir laman mediaindonesia.com. Tercatat sepanjang Januari hingga Februari 2021 terdapat 54 kasus DBD. (Red)