Lembata, Bentara.net. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) mengapresiasi daya kenal anak muda Lembata akan kebudayaan Lembata. Pasalnya, puluhan anak muda Lembata berhasil mengidentifikasi ratusan produk kebudayaan lokal Lembata yang masuk daftar 10 kategori Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) hanya dalam tiga hari kegiatan. Sedikitnya 109 OPK dari berbagai kategori berhasil diidentifikasi saat kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL)yang digelar Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa & Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sebanyak 21 anak dari 12 desa se-Lembata terlibat dalam SLKL yang dilaksanakan di Desa Hoelea II Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata selama tiga hari (22-24 Juni 2023).
“ Proses sekolah lapang kearifan lokal di lembata ini sangat luar biasa, Ini di luar dugaan kami. Anak muda di sini sangat bersemangat. Mereka sangat kompeten sekali, kelihatan dari bagaimana pengenalan mereka akan budaya masing-masing. Hal ini terbukti dari kegiatan dengan waktu yang singkat saja, banyak keragaman obyek pemajuann kebudayaan yang teridentifikasi. Ini modal yang bagus dan berharap mereka nanti bisa menjadi agen untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan di tempat mereka masing-masing dan secara umum di Lembata, “ pungkas Yani Haryanto, Pamong Budaya Ahli Muda Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Haryanto sendiri sekaligus penanggungjawab kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata.
Dari hasil penggalian data OPK, para Pandu Budaya Lembata ini berhasil mengumpulkan 109 OPK. Obyek Pemajuan Kebudayaan ini tersebar di 12 kampung adat di Lembata. Dari wilayah Ileape, ada kampung adat Lewuhala dan Lamariang. Di Nagawutung ada dari kampung adat Atawai. Kemudian Kampung Adat Lewo Ahar dari Atadei dan Kampung Adat Lewutung dari Lebatukan. Sisanya dari wilayah Edang yang meliputi kecamatan Omesuri dan Busarusi yakni kampung adat Leulea, Leuhoe, Aliur, HOmat Matan, Wakio, Toul dan Lewutubung.
Tak berhenti di situ, para pandu budaya juga menyeleksi OPK dari tiap kampung adat sebagai prioritas untuk dilakukan penelitian mendalam dan pendokumentasian selama tahun 2023. Sebanyak 21 OPK terpilih dan masuk beberapa kategori OPK. Kemendikbud sendiri sudah membuat 10 kategori OPK yakni Bahasa, adat istiadat, seni, permainan tradisional, olahraga tradisional, manuskrip, tradisi lisan, ritus, pengetahuan tradisional dan teknologi tradisional.
Dari total 21 OPK prioritas untuk pendokumentasian, kategori pengetahuan tradisional paling banyak dipilih yakni 5 OPK disusul 4 ritus, 4 teknologi tradisional, 3 tradisi lisan, dua OPK kategori seni dan 1 OPK kategori Olahraga Tradisional. Satu-satunya obyek pemajuan kebudayaan kategori olahraga tradisional yakni Nodi. Ini merupakan olahraga tradisional masyarakat kampung adat Lewuhala di Ileape. Nodi adalah olahraga tinju tradisional.
Sebelum identifikasi, para peserta dibekali sejumlah pengetahuan terkait kebudayaan Lembata baik kebudayaan masyarakat adat Lamaholot dan masyarakat adat Edang. Tentang budaya Lamaholot, para peserta yang akan nanti menjadi pandu budaya di tiap desanya ini, dibekali tentang Sistem Budaya Masyarakat Lamaholot oleh Agustinus Gehi. Sementara Krisantus Boro memaparkan tentang Lahir dan Mati sebagai orang Lamaholot. Sementara budaya Edang disampaikan oleh Yohanes Teheq dan Eman Ubuq. Yohanes Teheq memaparkan materi tentang Tradisi Lisan dan Pangan Lokal Edang, sedangkan materi “Kepercayaan Edang Wela dan Manifestasinya Dalam Hidup Beradat Komunitas Edang” dipaparkan oleh Eman Ubuq. Sementara narasumber dari Kemendikbud mendampingi para peserta tentang teknis penggalian data dan pendokumentasian OPK. Selain itu, para peserta juga belajar tentang Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Konsumsi Masyarakat Adat yantg disampaikan Apol Mayan. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Lembata.***